عن عمر رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
"عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد ومن أراد بحبحة الجنة فعليه بالجماعة"
“(Berpegang teguhlah) kalian dengan al jama’ah dan
menjauhlah dari perpecahan, karena sesungguhnya syaithan itu bersama
orang yang sendirian dan ia lebih jauh dari mereka yang berdua.
Barangsiapa yg menginginkan tempat terbaik di dalam surga, maka wajib
atasnya untuk (berpegang teguh) dengan al jama’ah “.
Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Abi ‘Ashim dalam assunnah dan Al Imam Attirmidzi dalam sunannya pada kitabul fitan.
عن النعمان بن بشير رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
"الجماعة رحمة والفرقة عذاب".
Dan telah datang pula riwayat dari Al Imam Ibn Abi ‘Ashim dalam assunnah dan Al Imam Ahmad dalam almusnad serta Abdullah bin Ahmad dalam zawa”id al musnad, dari sahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ‘alaihi ash shalatu wa assalam bersabda: “al jama’ah itu adalah rahmat dan perpecahan (perselisihan) adalah adzab”.
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :"إن الله لا يجمع الله أمة محمد على ضلالة و يد الله على الجماعة و من شذ شذ في النار".
Begitu
pula hadits ‘Abdullah bin ‘umar radhiyallah ta’ala ‘anhuma, bahwasanya
nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
akan mengumpulkan ummat nabi Muhammad shalallah ‘alaihi wa sallam diatas
kesesatan, dan sesungguhnya tangan Allah bersamaal jama’ah, maka barang siapa yang menyimpang (dari al jama’ah)
sungguh ia telah menyimpang, dan itu akan mengantarkan dia untuk masuk
kedalam neraka”. Diriwayatkan oleh Al Imam At Tirmidzi dalam sunannya dan Al Imam Al Hakim dalam almustadrak.
Dari hadits-hadits tersebut diatas, maka kita bisa mengambil faedah (pelajaran) pentingyang berkaitan dengan al jama’ah.
Yang mana telah dinyatakan langsung oleh Rasulullah ‘alaihi ash shalatu
wa assalam yang tidaklah beliau berucap dengan mengikuti hawa nafsunya,
melainkan yang keluar dari lisan beliau adalah wahyu yang Allah
turunkan kepada beliau shalallah ‘alaihi wa sallam, bahwasanya al jama’ah ini merupakan salah satu sebab masuknya seseorang ke dalam surga Allah jalla wa ‘ala kelak, dan pada al jama’ah ini didapati padanya rahmat dari sisi Allah subahanahu Wa Ta’ala, begitu pula dengan menjauhnya seseorang dari al jama’ah ini dapat mengantarkan ia untuk masuk kedalam neraka, wal ‘iyadzu billah.
Maka akan timbul di benak seorang muslim, apa yg dimaksud dengan al jama’ah dalam hadits-hadits tersebut dan siapakah mereka, serta apakah mungkin bagi kita untuk masuk dan bergabung diatas al jama’ah tersebut dengan harapan agar kita bisa menggapai dan meraih keutamaan-keutamaan yang ada diatasnya?
Telah
dinyatakan oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah -rahimahullah- tentang
pengertian dari al jama’ah secara bahasa (lughawi), adalah perkumpulan
(persatuan) dan lawan dari itu adalah perpecahan, dan lafadz ini bisa
dijadikan nama bagi satu kaum yang berkumpul. (Al Fatawa 3/157)
Adapun
pengertian al jama’ah yg telah disebutkan oleh Rasulullah shalallah
‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits tersebut diatas, sebagaimana yg
telah dinyatakan oleh Al Imam Asy Syatihibi -rahimahullah- dalam al i’tisham (2/260-265) : “Yang dimaksud dengan al jama’ah disini
adalah yang berkumpul (bersatu) diatas satu imam yg mencocoki Al
Qur’anul Karim dan Sunah Rasul ‘alaihi ash shalatu wa assalam. Dan
inijelas, sebagaimana yang berkumpul dan bersatu selain diatas sunnah
Rasul shalallah ‘alaihi wa sallam sungguh mereka telah keluar dari al
jama’ah yg telah disebutkan dalam hadits-hadits diatas, seperti khawarij
dan yang sejalan dengan mereka”.Jadi yang dimaksud dengan al jama’ah disini
adalah mereka yang mengikuti dan berjalan diatas Al Kitab dan As
Sunnah. Dan yang dimaksud dengan “yang berkumpul (bersatu) diatas satu
imam ...” adalah mereka para sahabat Rasul, karena merekalah golongan
pertama yang berkumpul dan bersatu diatas Kitabullah dan Sunnah Rasul
‘alaihi ash shalatu wa assalam dan mendapatkan bimbingan langsung dari
manusia terbaik di muka bumi ini yaitu Muhammad bin ‘Abdillah
Shalawatullah wa Salamuhu ‘alaihi.
Dan telah berkata Ibn Abil ‘Izz Al Hanafy -rahimahullah- di dalam Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyyah (hal. 431) :
“Yang dimaksud dengan al jama’ah adalah jama’ah kaum muslimin, dan
mereka adalah para sahabat Nabi ridhwanullah ‘alaihim ajma’in dan yang
senantiasa mengikuti mereka dengan kebaikan hingga akhir zaman”.
Maka
dari penjelasan ini kita bisa menarik kesimpulan bahwasanya ketika
datang perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala didalam Al Qur”anul Karim
dan parintah Rasul-Nya dalam sunnah beliau agar kita berpegang teguh
dengan al jama’ah, maka yang dimaksud adalah agar kita terus
berpegang teguh pada kebenaran (al-haq) dan berusaha semampu kita untuk
mengikuti dan menapaki jejaknya, walaupun kita mendapati orang yang
berpegang teguh diatasnya sangat sedikit, dan yang menyelisihinya lebih
banyak. Karena sesunguhnyayang berada diatas kebenaran ini adalah
orang-orang terbaik dan merekalah al jama’ah yang
pertama, yaitu nabi kita Muhammad shalallah ‘alaihi wa sallam dan para
sahabatnya ridwanullah ‘alaihim ajma’in, dan sungguh tidaklah mereka
berpaling ketika melihat banyaknya orang yang berada diatas kebathilan.
Dan
telah warid dari Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘anhu ketika beliau
memberi nasehat pada ‘Amr bi Maimun seraya berkata : “Wahai ‘Amr bin
maimun, sesungguhnya mayoritas dari al jama’ah (kelompok/golongan) telah
menyelisihi kebenaran (al-haq) ini, dan sungguh al jama’ah (yang sebenarnya) adalah yang berjalan diatas keta’atan pada Allah ‘azza wa jalla walaupun engkau seorang diri”.
Maka
ketika seseorang bersendiri diatas keta’atan pada Allah ta’ala
ditengah-tengah manusia yang menyelisihi perintah Allah subhanahu wa
ta’ala dan ia senantiasa berpegang teguh dengan perintah-Nya serta terus
berusaha untuk mengikuti dan menelusuri jejak Nabi kita Muhammad
‘alaihi ash shalatu wa assalam dan para sahabatnya yang mana hal
tersebut adalah buah dari rasa cintanya kepada Allah jalla wa ‘ala,
sungguh ia lah al jama’ah (yang sebenarnya) yang telah
dinyatakan oleh Rasulullah Shalallah ‘alaihi wa sallam dalam
hadits-hadits diatas walaupun ia berjalan diatas jalan tersebut seorang
diri dan kebanyakan bahkan seluruh manusia menyelisihinya. Karena yang
dimaksudkan dengan al jama’ah itu sendiri adalah yang senantiasa
mengikuti dan berpegang teguh kepada al jama’ah yang mana mereka telah bersatu didalam keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan
inilah yang telah datang dari hadits yang telah ma’ruf ditelinga kita,
hadits Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu yang mengabarkan pada kita tentang
perpecahan yang akan terjadi pada ummat ini, dalam petikan hadits
tersebut Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dan akan
berpecah ummatku ini menjadi 73 golongan, seluruhnya di dalam Neraka,
kecuali satu golongan, dan dialah al jama’ah”.
Dari uraian-uraian diatas tentunya kita telah mengetahui siapa yang diamaksud dengan al jama’ah
dan kita senantiasa memanjatkan do’a-do’a kita kepada Allah subhanahu
wa ta’ala agar senantiasa digolongkan dan dimasukkan kedalam al-jama’ah
tersebut agar senantiasa kokoh diatasnya, dan ini merupakan do’a yang
senantiasa membasahi lisan Rasul shalallah ‘alaihi wa sallam ketika
beliau berdo’a pada Allah dengan mengatakan :
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku diatas agamamu”.
Oleh : Abdul Mu’thi bin Mughni hafizhahulloh