Senin, September 23, 2013

Makna Al-Jama’ah Dalam Timbangan Al-Qur’an dan As Sunnah

عن عمر رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :

"عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد ومن أراد بحبحة الجنة فعليه بالجماعة"

Telah datang riwayat dari sahabat yang mulia Umar bin al khattab radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ‘alaihi ash shalatu wa assalam bersabda:
“(Berpegang teguhlah) kalian dengan al jama’ah dan menjauhlah dari perpecahan, karena sesungguhnya syaithan itu bersama orang yang sendirian dan ia lebih jauh dari mereka yang berdua. Barangsiapa yg menginginkan tempat terbaik di dalam surga, maka wajib atasnya untuk (berpegang teguh) dengan al jama’ah “.


Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Abi ‘Ashim dalam assunnah dan Al Imam Attirmidzi dalam sunannya pada kitabul fitan.

عن النعمان بن بشير رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
 "الجماعة رحمة والفرقة عذاب".
Dan telah datang pula riwayat dari Al Imam Ibn Abi ‘Ashim dalam assunnah dan Al Imam Ahmad dalam almusnad serta Abdullah bin Ahmad dalam zawa”id al musnad, dari sahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ‘alaihi ash shalatu wa assalam bersabda: “al jama’ah itu adalah rahmat dan perpecahan (perselisihan) adalah adzab”.
 عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :"إن الله لا يجمع الله أمة محمد على ضلالة و يد الله على الجماعة و من شذ شذ في النار".
Begitu pula hadits ‘Abdullah bin ‘umar radhiyallah ta’ala ‘anhuma, bahwasanya nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan ummat nabi Muhammad shalallah ‘alaihi wa sallam diatas kesesatan, dan sesungguhnya tangan Allah bersamaal jama’ah, maka barang siapa yang menyimpang (dari al jama’ah) sungguh ia telah menyimpang, dan itu akan mengantarkan dia untuk masuk kedalam neraka”. Diriwayatkan oleh Al Imam At Tirmidzi dalam sunannya dan Al Imam Al Hakim dalam almustadrak.

Dari hadits-hadits tersebut diatas, maka kita bisa mengambil faedah (pelajaran) pentingyang berkaitan dengan al jama’ah. Yang mana telah dinyatakan langsung oleh Rasulullah ‘alaihi ash shalatu wa assalam yang tidaklah beliau berucap dengan mengikuti hawa nafsunya, melainkan yang keluar dari lisan beliau adalah wahyu yang Allah turunkan kepada beliau shalallah ‘alaihi wa sallam, bahwasanya al jama’ah ini merupakan salah satu sebab masuknya seseorang ke dalam surga Allah jalla wa ‘ala kelak, dan pada al jama’ah ini didapati padanya rahmat dari sisi Allah subahanahu Wa Ta’ala, begitu pula dengan menjauhnya seseorang dari al jama’ah ini dapat mengantarkan ia untuk masuk kedalam neraka, wal ‘iyadzu billah.


Maka akan timbul di benak seorang muslim, apa yg dimaksud dengan al jama’ah dalam hadits-hadits tersebut dan siapakah mereka, serta apakah mungkin bagi kita untuk masuk dan bergabung diatas al jama’ah tersebut dengan harapan agar kita bisa menggapai dan meraih keutamaan-keutamaan yang ada diatasnya?

Telah dinyatakan oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah -rahimahullah- tentang pengertian dari al jama’ah secara bahasa (lughawi), adalah perkumpulan (persatuan) dan lawan dari itu adalah perpecahan, dan lafadz ini bisa dijadikan nama bagi satu kaum yang berkumpul. (Al Fatawa 3/157)

Adapun pengertian al jama’ah yg telah disebutkan oleh Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits tersebut diatas, sebagaimana yg telah dinyatakan oleh Al Imam Asy Syatihibi -rahimahullah- dalam al i’tisham (2/260-265) : “Yang dimaksud dengan al jama’ah disini adalah yang berkumpul (bersatu) diatas satu imam yg mencocoki Al Qur’anul Karim dan Sunah Rasul ‘alaihi ash shalatu wa assalam. Dan inijelas, sebagaimana yang berkumpul dan bersatu selain diatas sunnah Rasul shalallah ‘alaihi wa sallam sungguh mereka telah keluar dari al jama’ah yg telah disebutkan dalam hadits-hadits diatas, seperti khawarij dan yang sejalan dengan mereka”.Jadi yang dimaksud dengan al jama’ah disini adalah mereka yang mengikuti dan berjalan diatas Al Kitab dan As Sunnah. Dan yang dimaksud dengan “yang berkumpul (bersatu) diatas satu imam ...” adalah mereka para sahabat Rasul, karena merekalah golongan pertama yang berkumpul dan bersatu diatas Kitabullah dan Sunnah Rasul ‘alaihi ash shalatu wa assalam dan mendapatkan bimbingan langsung dari manusia terbaik di muka bumi ini yaitu Muhammad bin ‘Abdillah Shalawatullah wa Salamuhu ‘alaihi.

Dan telah berkata Ibn Abil ‘Izz Al Hanafy -rahimahullah- di dalam Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyyah (hal. 431) : “Yang dimaksud dengan al jama’ah adalah jama’ah kaum muslimin, dan mereka adalah para sahabat Nabi ridhwanullah ‘alaihim ajma’in dan yang senantiasa mengikuti mereka dengan kebaikan hingga akhir zaman”.

Maka dari penjelasan ini kita bisa menarik kesimpulan bahwasanya ketika datang perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala didalam Al Qur”anul Karim dan parintah Rasul-Nya dalam sunnah beliau agar kita berpegang teguh dengan al jama’ah, maka yang dimaksud adalah agar kita terus berpegang teguh pada kebenaran (al-haq) dan berusaha semampu kita untuk mengikuti dan menapaki jejaknya, walaupun kita mendapati orang yang berpegang teguh diatasnya sangat sedikit, dan yang menyelisihinya lebih banyak. Karena sesunguhnyayang berada diatas kebenaran ini adalah orang-orang terbaik dan merekalah al jama’ah yang pertama, yaitu nabi kita Muhammad shalallah ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya ridwanullah ‘alaihim ajma’in, dan sungguh tidaklah mereka berpaling ketika melihat banyaknya orang yang berada diatas kebathilan.

Dan telah warid dari Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘anhu ketika beliau memberi nasehat pada ‘Amr bi Maimun seraya berkata : “Wahai ‘Amr bin maimun, sesungguhnya mayoritas dari al jama’ah (kelompok/golongan) telah menyelisihi kebenaran (al-haq) ini, dan sungguh al jama’ah (yang sebenarnya) adalah yang berjalan diatas keta’atan pada Allah ‘azza wa jalla walaupun engkau seorang diri”.

Maka ketika seseorang bersendiri diatas keta’atan pada Allah ta’ala ditengah-tengah manusia yang menyelisihi perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan ia senantiasa berpegang teguh dengan perintah-Nya serta terus berusaha untuk mengikuti dan menelusuri jejak Nabi kita Muhammad ‘alaihi ash shalatu wa assalam dan para sahabatnya yang mana hal tersebut adalah buah dari rasa cintanya kepada Allah jalla wa ‘ala, sungguh ia lah al jama’ah (yang sebenarnya) yang telah dinyatakan oleh Rasulullah Shalallah ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits diatas walaupun ia berjalan diatas jalan tersebut seorang diri dan kebanyakan bahkan seluruh manusia menyelisihinya. Karena yang dimaksudkan dengan al jama’ah itu sendiri adalah yang senantiasa mengikuti dan berpegang teguh kepada al jama’ah yang mana mereka telah bersatu didalam keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan inilah yang telah datang dari hadits yang telah ma’ruf ditelinga kita, hadits Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu yang mengabarkan pada kita tentang perpecahan yang akan terjadi pada ummat ini, dalam petikan hadits tersebut Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dan akan berpecah ummatku ini menjadi 73 golongan, seluruhnya di dalam Neraka, kecuali satu golongan, dan dialah al jama’ah”.


Dari uraian-uraian diatas tentunya kita telah mengetahui siapa yang diamaksud dengan al jama’ah dan kita senantiasa memanjatkan do’a-do’a kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar senantiasa digolongkan dan dimasukkan kedalam al-jama’ah tersebut agar senantiasa kokoh diatasnya, dan ini merupakan do’a yang senantiasa membasahi lisan Rasul shalallah ‘alaihi wa sallam ketika beliau berdo’a pada Allah dengan mengatakan :

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
 “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku diatas agamamu”.

 Oleh : Abdul Mu’thi bin Mughni hafizhahulloh

Minggu, September 22, 2013

Nasibah Bin Ka'ab Mujahidah Yang Dirindukan Surga


Nasibah bin Ka’ab adalah putri dari Abdulloh bin Kaab yang bergelar Ummu Umaroh , Beliau sosok wanita pertama yang mengangkat senjata berperang bersama Rosululloh Saw dalam perang UHUD yang telah menewaskan ribuan Sahabat - sahabat Rosululloh saw termasuk keluarga Nasibah bin Ka’ab yang semuanya gugur ikut berperang mendampingi Rosululloh saw. Ketika kaum Muslimin yang dipimpin Rosululloh saw berperang di Bukit UHUD , kala itu Nasibah bin Ka’ab sedang berada di rumah dan berkumpul dengan anggota keluarganya.

Nasibah mendengar Teriakan riuh dan gema Takbir ‘Alloh huakkbar”, dan Nasibah memberitahu suaminya “Sa’id ” bahwa Rosululloh SAW dan pasukannya sedang bertempur di bukit UHUD. Seketika itu bangkitlah Sa’id dan menyuruh istrinya mempersiapkan Kuda dan senjata untuk ikut bergabung dengan rosululloh berperang melawan tentara kafir. Bawalah Pedang ini dan jangan Pulang sampai kau memperoleh kemenangan” kata Nasibah memberi semangat suaminya yang akan berperang. Ditatap wajah istrinya dengan penuh Cinta berangkatlah Sa’id dan bergabung dengan Rosululloh saw dan Rosulpun menatap Said dengan senyuman.

Dengan gagah Said bertempur dengan pasukan kafir hingga akhirnya Said gugur ditebas pedang oleh tentara kafir. Lalu Rosululloh mengutus Sahabat untuk menemui istri Sa’id dirumah bahwa suaminya telah gugur. Berangkatlah utusan tersebut untuk menemui Nasibah bin Kaab istri Sa’id di rumah. “Assalamualaikum ” Wahai Nasibah ada Salam dari Rosululloh dan Suamimu Said telah gugur ” ,kata Utusan Rosululloh .” Innalillahi wa inna ilahi roji’un , alhamdulillah suamiku telah memperoleh kemenangan , lihatlah Wahai kedua anakku , Ayahmu telah memperoleh kemenangan , dia telah menjadi Syahid, Ibu menangis bukan karena sedih kehilangan Ayahmu Nak….tapi ibu sedih karena tidak ada yang menggantikan ayahmu untuk berjuang bersama Rosululloh .

Bangkitlah Amar putra tertua Nasibah bin Kaab , Wahai ibu biar aku yang menggantikan posisi ayah untuk berjuang bersama Nabi Muhammad saw . Alhamdulillah pergilah Nak….jangan kau biarkan Rosulullloh terluka. Berangkatlah Amar bin Said bersama utusan Rosululloh dan menghadap Rosululloh SAW. Wahai Rosululloh Saya Amar putra Said akan bergabung dengan mu membela agama Alloh. Rasululloh saw memeluknya dengan haru” Engkau pemuda islam sejati dan Alloh memberkatimu. Bertempurlah Amar bin Said dengan gagahnya menghalau pasukan kafir. Hingga akhirnya Amar gugur sebagai Syahid.

Datanglah utusan kembali menemui Nasibah bin Ka’ab dan mengabarkan berita gugurnya Amar putra tertua Nasibah. Meneteslah air mata Nasibah mendengar berita tersebut, melihat hal itu Ututsan Rosululloh mencoba menghiburnya . Namun Nasibah dengan Tegar mengatakan “Aku menangis bukan karena kehilangan putraku Amar , tapi siapa lagi yang aku utus untuk membantu Rosululloh saw berperang, sedangkan putra keduaku Saad masih terlalu remaja untuk ikut berperang melawan pasukan kafir ” Tiba tiba Saad putra kedua Nasibah bangkit’ Wahai ibu biar aku masih remaja izinkan aku juga membantu Rosulullloh dan akan aku buktikan bahwa aku mampu berperang seperti Ayah dan kakakku. Mendengar hal itu bukan main senangnya Nasibah bin Kaab, Alhamdulillah berangkatlah nak sampaikan salam ku untuk Rosululloh .

Walaupun masih remaja namun kemampuan Saad untuk bertempur sangat luar biasa, banyak pasukan kafir yang tewas ditangan Saad. Bak singa mengamuk Saad mempora porandakan pertahanan pasukan kafir, hingga akhirnya sebilah anak panah menembus jantungnya dan gugurlah Saad dengan senyum kemenangan. Dan rosulullloh pun kembali mengutus sahabatnya untuk menyampaikan gugurnya Saad kerumah Nasibah .

Wahai sahabat Rosul aku sudah tidak punya siapa siapa lagi , hanya tubuh renta ini yang aku miliki maka bawalah aku menemui Rosululoh untuk ikut berperang dengannya dengan lantang Nasibah mengutarakan Niatnya untuk berperang bersama Rosululloh. Menghadaplah Nasibah menemui Rosululloh untuk ikut angkat senjata bersamanya.” Wahai Nasibah belum waktunya perempuan untuk angkat senjata kata Rosululloh, untuk itu kau Rawatlah para prajurit yang terluka karena pahalanya sama dengan orang yang berperang.

Nasibah turut berjuang bersama pasukan muslimin dalam perang Uhud. Nasibah hanya membawa kantong air untuk memberi minum para pejuang serta perban untuk membalut luka mereka. Namun saat Nasibah melihat kemenangan kaum muslimin yang telah digenggam tiba tiba lepas karena banyak pasukan yang tidak menaati rasullulloh,Pasukan Rasululloh meninggalkan Bukit Uhud dan beberapa mereka mengumpulkan harta rampasan Perang dan Nasibah melihat orang orang meninggalkan rasululloh, maka Nasibahpun pun maju untuk membentengi rasullulloh dari serangan orang- orang kafir kafir. Ia berjuang begitu gigih demi melindungi Rosululloh SAW, dengan sebilah pedang Nasibah ikut berperang melindungi Rosululloh .

Orang orang yang tadinya meninggalkan rosululloh tercengang ketika Rosulullloh di serang oleh pasukan kafir. Keadaan semakin kacau pasukan Rosululloh banyak yang gugur. Tangan Kanan Nasibah putus terhempas pedang kaum Kafir, namun tak mematahkan semangatnya untuk tetap berjuang membela agama Alloh. Dengan lengan yang putus Nasibah mencari Rosululloh dan merasa khawatir akan keselamatan Rosululloh dan hatinya galau takut Rosululloh Saw terluka, dan tiba tiba Pedang kaum kafir menebas lehernya robohlah tubuh Nasibah ketanah . dan seketika itu pula langit menjadi Gelap dan mendung . kedua pasukan yang saling bertempur terperangah melihat kejadian tersebut. Rasululloh saw pun bersabda” Kalian lihat langit tiba tiba mendung? itu adalah bayangan ribuan malaikat yang menyambut kedatangan arwah Nasibah Syahidah yang perkasa”. Subhahanalloh

Wanita Sholehah : Bidadari Syurga Terindah


Pernahkah saudara-saudara melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita. Saya yakin kita semua belum pernah melihatnya. Kalau begitu mari kita ikuti percakapan antara Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
—-
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”

Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)

Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)

Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)

Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)

Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”

Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”

Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”
—-
Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudaraku.

Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.

Sebaik-baik perhiasan ialah wanita salehah. Dan wanita salehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”.

Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita salehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita salehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang salehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.

Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga. Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu

Istri - Istri Teladan Mujahidah


Seorang isteri bukanlah semata-mata orang kedua. Dia adalah satu pribadi. Satu pribadi yang memiliki level kepentingannya sendiri di dalam apa yang kita sebut keluarga. Sama halnya dengan anak, adik, kakak, ayah, dan suami. Itu makanya, tulisan ini tidak diberi judul “Isteri-isteri Nabi”, misalnya. Sebab mereka bukanlah sekadar “serombongan wanita” yang menjadi isteri seorang Nabi. Maksudnya, sebagai individu, masing-masing wanita ini memang punya mutu. Soal kemudian mereka diperisteri oleh Nabi Nabi Muhammad SAW SAW, tokoh paling bermutu sepanjang sejarah manusia, itu soal kedua. Nah, soal kedua inilah yang lantas memahatkan nama mereka di hati ummat Islam hingga jaman yang akan datang. Selamat menikmati profil-profil ringkas wanita-wanita bermutu ini.

SITI KHADIJAH (Ummul Mukminin pertama).
Lahir di Mekkah tahun 556, Khadijah adalah wanita pertama pemeluk Islam. Ketika disunting RasuluLlah SAW, ia seorang janda berusia 40 tahun. Berasal dari keluarga terpandang dan ia sendiri menjadi orang terkaya di kotanya. Sedangkan RasuluLlah SAW masih muda, berusia sekitar 25 tahun dan dari keluarga miskin. Keinginan perkawinan itu datang dari pihak Khadijah.
Setelah menikah, semua kekayaan Khadijah dipergunakan sepenuhnya untuk mendukung dakwah RasuluLlah SAW. Juga, karena kewibawaannya di hadapan suku Quraisy, ia pun menjadi pelindung RasuluLlah SAW dari ancaman orang-orang Quraisy.

Rasulullah SAW sangat mencintai Khadijah. Meskipun Khadijah sudah meninggal beberapa tahun, RasuluLlah SAW masih tetap mengenang. Sehingga pernah isterinya yang lain –Aisyah– memprotes cemburu. “Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman padaku saat semua orang ingkar, yang percaya padaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan hartanya saat semua berusaha mempertahankannya;… dan darinyalah aku mendapatkan keturunan,” kata RasuluLlah SAW di hadapan Aisyah.

Dari Khadijah, Nabi mendapat kurnia 7 anak: 3 putra dan 4 putri. Yang putra bernama al-Qasim, Abdullah, dan (Thaher, meninggal ketika masih bayi). Sedangkan yang putri: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum dan Fatimah. Sebelum dengan Nabi, Khadijah pernah menikah dengan Abu Halal an-Nabbasy bin Zurarah. Dari Abu Halal, Khadijah mendapat seorang anak.
Setelah Abu Halal meninggal, Khadijah menikah lagi dengan Atiq bin Abid al-Makhzumi. Sampai Atiq meninggal, mereka tidak dikurnia anak. Ummul mukminin al-Kubra (Ibu Kaum Mukminin yang Agung) ini sendiri meninggal pada 619 H.

SAUDAH BINTI ZUM’AH (Ummul Mukminin kedua).
Setelah Khadijah meninggal, Nabi baru bersedia menikah lagi. Saudah juga seorang janda. Suaminya, as-Sakran bin Amru al-Amiri, meninggal ketika hijrah ke Habsyi (Ethiopia).
Saudah sangat berduka ditinggal suaminya itu. Untuk mengobati duka itu, atas saran seorang wanita Khaulah binti Hakim As, RasuluLlah SAW lantas meminang Saudah. Meskipun RasuluLlah SAW juga menyayangi Saudah, tetapi ternyata hatinya tidak mampu mencintai wanita ini. Karena merasa berdosa, RasuluLlah SAW lantas ingin menceraikan Saudah. Tapi apa kata Saudah, “Biarlah RasuluLlah SAW aku begini. Aku rela malamku untuk Aisyah (Ummul Mukminin ke tiga Nabi). Aku sudah tidak membutuhkan lagi.”
Saudah wafat dimasa kekhalifahan Umar bin Khaththab hampir berakhir.

‘AISYAH BINTI ABU BAKAR (Ummul Mukminin ketiga).
Satu-satunya isteri Nabi yang masih gadis, ketika dinikahi Nabi. Putri sahabat Nabi, Abu Bakar ash-Shiddiq ini dilahirkan 8 atau 9 tahun sebelum Hijrah. Menikah berumur 6 tahun, namun baru 3 kemudian hidup serumah dengan Nabi. Budaya Arab, seorang laki-laki berumur menikahi seorang gadis belia, hal yang biasa. Salah satu sebabnya, wanita Arab fisiknya cenderung bongsor dibanding usianya.

Setelah Khadijah, Aisyahlah isteri yang paling dekat dengan Nabi. Cantik dan cerdas, begitu penampilannya. Karena kedekatan dan kecerdasannya itu, setelah Nabi wafat, banyak hadith yang ia riwayatkan. Terutama soal wanita dan keluarga. Ada 1.210 hadith yang diriwayatkan Aisyah, di antaranya 228 terdapat dalam hadith shahih Bukhari.

Selama mendampingi Nabi, Aisyah pernah dilanda fitnah hebat. Ceritanya, pada peperangan melawan Bani Mustaliq, berdasarkan undian di antara isteri-isteri Nabi, Aisyah terpilih mendampingi Nabi. Dalam perjalanan pulang, rombongan istirahat pada suatu tempat Aisyah turun dari sekedupnya (sejenis pelana yang beratap di atas punuk unta), karena ada keperluan. Kemudian kembali. Tetapi ada yang ketinggalan, ia kembali lagi untuk mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan perkiraan bahwa Aisyah sudah ada di sekedupnya. Aisyah tertinggal.

Ketika sahabat Nabi, Safwan bin Buattal menemuinya, Aisyah sudah tertidur. Akhirnya, ia pergi diantar Safwan. Peristiwa ini kemudian dimanfaatkan orang-orang kafir untuk menghantam Nabi. Disebarkan fitnah, Aisyah telah serong. Fitnah ini benar-benar meresahkan ummat. Bahkan Nabi sendiri sempat goyah kepercayaannya pada Aisyah. Sehingga turunlah wahyu surat An Nuur ayat 11. Inti wahyu itu, menegur Nabi dan membenarkan Aisyah.

Aisyah wafat pada malam Selasa, 17 Ramadhan 57 H, dalam usia 66 tahun. Shalat jenazahnya diimami oleh Abu Hurairah dan dimakamkan di Ummahat al-Mukminin di Baqi (sebelah Masjid Madinah) bersama Ummul Mukminin lainnya.

HAFSAH BINTI UMAR (Ummul Mukminin keempat).
Hafsah adalah janda Khunais bin Huzafah, sahabat RasuluLlah SAW yang meninggal ketika perang Uhud.

RasuluLlah SAW menikahi Hafsah, kerena kasihan kepada Umar bin Khattab –ayah Hafsah. Hafsah sedih ditinggal suaminya, apalagi usianya baru 18 tahun. Melihat kesedihan itu, Umar berniat mencarikan suami lagi.

Pilihannya jatuh kepada sahabatnya yang juga orang kepercayaan RasuluLlah SAW, yakni Abu Bakar. Tapi ternyata Abu Bakar hanya diam saja. Dengan perasaan kecewa atas sikap Abu Bakar itu, Umar menemui Usman bin Affan, dengan maksud yang sama. Ternyata Usman juga menolak, karena dukanya atas kematian isterinya, belum hilang. Isteri Usman adalah putri RasuluLlah SAW sendiri, Ruqayyah.

Lalu Umar mengadu kepada RasuluLlah SAW. Melihat sahabatnya yang marah dan sedih itu, RasuluLlah SAW ingin menyenangkannya, lantas berkata “Hafsah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Usman, dan Usman akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Hafsah.” Tak lama kemudian, Hafsah dinikahi RasuluLlah SAW, sedang Usman dengan Ummu Kalsum, putri RasuluLlah SAW juga.
Suatu malam di kamar Hafsah, RasuluLlah SAW sedang berdua dengan isterinya yang lain, Maria. Hafsah cemburu berat, lantas menceritakan kepada Aisyah. Aisyah kemudian memimpin isteri-isteri yang lain, protes kepada RasuluLlah SAW.

RasuluLlah SAW sangat marah dengan ulah isteri-isterinya itu. Saking marahnya, beliau tinggalkan mereka selama satu bulan. Terhadap kasus ini, kemudian Allah menurunkan wahyu surat at-Tahrim ayat 1-5.

Sejarah mencatat, Hafsahlah yang dipilih di antara isteri-isteri RasuluLlah SAW untuk menyimpan naskah pertama al-Qur’an. Hafsah wafat pada awal pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, dimakamkan di Ummahat al-Mu’minin di Baqi.

ZAINAB BINTI KHUZAIMAH (Ummul Mukminin kelima).
Di antara isteri-isteri RasuluLlah SAW, Zainablah yang wafat lebih dulu, setelah Khadijah. Para sejarawan tidak banyak tahu tentang Zainab, termasuk latar belakangnya. Tapi yang jelas ia juga seorang janda saat dinikahi RasuluLlah SAW.

Hidupnya bersama RasuluLlah SAW, hanya singkat. Antara 4 sampai 8 bulan. Zainab terkenal dengan julukan Ummul Masaakiin, karena kedermawanannya terhadap kaum miskin. Zainab meninggal, ketika RasuluLlah SAW masih hidup. Dan RasuluLlah SAW sendiri menshalati jenazahnya. Zainablah yang pertama kali dimakamkan di Baqi.

UMMU SALAMAH (Ummul Mukminin keenam).
Nama aslinya, Hindun binti Abu Umayah bin Mughirah. Suaminya bernama Abdullah bin Abdul Asad. Abdullah atau dipanggil Abu Salamah, meninggal ketika perang melawan Bani As’ad yang akan menyerang Madinah. Sebelum meninggal Abu Salamah berwasiat, agar isterinya ada yang menikahi dan orang itu harus lebih baik dari dirinya.

Abu Bakar ingin melaksanakan wasiat itu, dengan meminang Ummu Salamah tapi ditolak. Demikian pula Umar bin Khattab, juga ditolak. Tiada lain, RasuluLlah SAW sendiri akhirnya yang maju. Dan diterima. Ketika itu umur Ummu Salamah hanya beberapa tahun dibawah RasuluLlah SAW dan sudah beranak empat.

Sejarah mencatat, surat at-Taubah 102 turun tatkala RasuluLlah SAW sedang berbaring di kamarnya Ummu Salamah. Dalam perjanjian Hudaibiyah, Umum Salamah punya peranan penting.

Banyak sahabat RasuluLlah SAW yang protes terhadap perjanjian itu, termasuk Umar. Usai perjanjian ditandatangani, RasuluLlah SAW memerintahkan para sahabat agar menyembelih ternak dan memotong rambut. Namun tidak ada yang melakukan seruan itu. RasuluLlah SAW mengulangnya sampai tiga kali, tapi tetap tidak ada yang menyahut. Dengan kesal dan marah kembali ke kemahnya.

Ummu Salamah lantas usul, agar RasuluLlah SAW jangan hanya bicara, langsung saja contoh. Benar juga, RasuluLlah SAW lantas keluar menyembelih ternak dan menyuruh pembantu memotong rambut beliau. Kaum muslimin kemudian banyak yang mengikuti rindakan RasuluLlah SAW ini, karena takut dikatakan tidak mengikuti sunnah RasuluLlah SAW. Ummu Salamah banyak mengikuti peperangan. Ia hidup sampai usia lanjut. Ia wafat setelah peristiwa Karbala, yakni terbunuhnya Husein, cucu RasuluLlah SAW. Ummu Salamah adalah Ummahatul Mukminin yang paling akhir wafatnya.

ZAINAB BINTI JAHSY (Ummul Mukminin ketujuh).
Zainab adalah bekas isteri Zaid bin Haritsah yang telah bercerai. Sedang Zaid adalah anak angkat RasuluLlah SAW. Zainab sendiri dengan RasuluLlah SAW juga masih bersaudara. Karena wanita ini adalah cucu Abdul Muthalib, kakek RasuluLlah SAW (baca Sejarah, Sahid, April l997).
Meski perkawinan Zainab dengan Nabi jelas-jelas perintah Allah, tapi gosip menyelimuti perkawinan mereka. Wahyu yang memerintah Nabi agar menikahi Zainab itu ada pada al-Ahzab 37. Dari perkawinan inilah kemudian turun hukum-hukum pernikahan, termasuk perintah hijab (al-Ahzab 53).

JUWAIRIAH BINTI HARITS (Ummul Mukminin kelapan).
Nama sebenarnya adalah Barrah binti Harits bin Abi Dhirar, putri pimpinan pemberontak dari suku Bani Musthalaq, Harits bin Dhirar. Setelah menikah dengan Nabi berganti nama Juwairiah. Sebelumnya, Juwairiah adalah tawanan perang.

Riwayat selanjutnya tak banyak diketahui oleh para sejarawan. Hanya ia meninggal dalam usia 65 tahun, di Madinah, pada masa Muawiyah. Dishalatkan dengan Imam Amir Madinah yaitu Marwan bin Hakam.

SOFIYAH BINTI HUYAI (Ummul Mukminin kesembilan).
Satu-satunya isteri Nabi dari golongan Yahudi ya Sofiyah ini. Sofiyah masih keturunan Nabi Harun dan ibunya Barrah binti Samual. Meski usianya baru 17 tahun, tapi ia sudah dua kali menikah. Pertama dengan Salam bin Masyham, dan kedua dengan Kinanah bin Rabi bin Abil Haqiq, pemimpin benteng Qumus, benteng terkuat di Khaibar, markasnya kaum Yahudi.
Dikawininya Sofiyah itu, Nabi sebenarnya berharap agar kebencian kaum Yahudi kepada kaum muslimin dapat diredam. Sofiyah wafat tahun 50 Hijriah, pada zaman Mua’wiyah. Dimakamkan di Baqi.

UMMU HABIBAH BINTI SOFYAN (Ummul Mukminin kesepuluh).
Nama sebenarnya Ramlah binti Abi Sofyan. Ia memang putri pemimpin Quraisy, Abu Sofyan, musuh bebuyutan Islam itu. Habibah adalah nama putri Ramlah hasil perkawinan dengan Ubaidillah, saudara Ummul Mukminin Zainab ra. Tentu saja Ramlah telah masuk Islam.
Berdua dengan suaminya, ia kemudian hijrah ke Habsyi (Afrika). Celakanya, sesampai di Habsyi suaminya murtad, masuk Nasrani. Selanjutnya, Ramlah dinikahi RasuluLlah SAW. Mendengar ini, betapa marahnya Abu Sofyan, putrinya sendiri masuk Islam dan sekarang kawin dengan musuh besarnya, Nabi Muhammad SAW.

Sampai akhir hayatnya, Ramlah tetap membela Islam dan suaminya. Ia wafat pada usia 60 tahun. Juga dimakamkan di Baqi.

MARIAH AL QIBTIYAH (Ummul Mukminin kesebelas).
Mariah sebelumnya adalah budak kiriman dari raja Mesir. Kemudian diangkat derajatnya dengan dijadikan isteri Nabi. Setelah Khadijah, Mariah satu-satunya isteri Nabi yang melahirkan anak. Namanya Ibrahim bin Nabi Muhammad SAW. Cuma, sayangnya Ibrahim meninggal. RasuluLlah SAW sangat sedih dengan kematian putranya itu.

Mariah wafat pada tahun 16 hijriah. Dishalatkan oleh Amir Mukminin Umar bin Khattab.

MAIMUNAH BINTI AL HARITS (Ummul Mukminin kedua belas).
Nama aslinya adalah Barrah binti Harits. Setelah menikah dengan Nabi, diganti dengan Maimunah. Perkawinan ini –Barrah ketika itu janda berumur 26 tahun– sesungguhnya atas permintaan paman Nabi, yakni Abbas bin Abdul Muthalib. Barrah sendiri adalah adik dari isteri Abbas. Tidak banyak yang diketahui sejarah Barrah. Yang jelas ia wafat pada tahun 51 hijriah..

Wasiat Agung Untuk Kaum Muslimah


Wahai kaum perempuan,

Jagalah diri kalian dari kemewahan hidup,
Karena kemewahan adalah musuh berbisa Jihad
Kemewahan akan memalingkan
dan membelokkan jiwa kemanusiaan

Hati-hatilah terhadap kenikmatan hidup
Cukuplah dengan makan yang perlu-perlu saja

Didiklah anak-anak kalian
dengan kehidupan yang berat dan keras,
dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan
serta berkemauan untuk Jihad

Jadikanlah rumah kalian sebagai kandang singa,
bukannya kandang ayam,
yang setelah gemuk dijadikan sembelihan
oleh penguasa durhaka.

Tanamkanlah dalam jiwa putra-putra kalian
hobby dan kecintaan berjihad
Mencintai pacuan kuda
dan bertamasya ke medan pertempuran.

Hiduplah dengan selalu menghayati kesulitan kaum muslimin.
Usahakan minimal sekali dalam satu pekan
Untuk hidup seperti hidupnya kaum Muhajirin dan Mujahidin
Hanya dengan sepotong roti kering dan tidak lebih
Beberapa teguk air teh sebagai pembasah tenggorokan.

Abdullah Azzam

Aurat Wanita dan Hukum Penutupnya


Aurat wanita yang tak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Yang menjadi dasar hal ini adalah:

1. Al-Quran surat Annur(24):31
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (Ind: jilbab)nya ke dadanya"

Keterangan :
Ayat ini menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh ALLOH SWT.

b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.

c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak. Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Sekarang marilah kita perhatikan penafsiran para sahabat dan ulama terhadap kata "kecuali yang biasa nampak" dalam ayat tersebut.
Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan. Begitu pula menurut Imam Auzai dan Ibnu Abbas RA. Hanya saja beliau (Ibnu Abbas) menambahkan cincin dalam golongan ini. Ibnu Mas'ud RA. mengatakan maksud kata tersebut adalah pakaian dan jilbab. Said bin Jubair RA. mengatakan maksudnya adalah pakaian dan wajah. Dari penafsiran para sahabat dan para ulama ini jelaslah bahwa yang boleh tampak dari tubuh seorang wanita adalah wajah dan kedua telapak tangan. Selebihnya hanyalah pakaian luarnya saja.

d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan jilbab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tapi ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.

2. Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan berkata:"Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini," sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

Keterangan :
Hadis ini menunjukkan dua hal:
a. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

b. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat solat saja namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
Selain kedua dalil di atas masih ada dalil-dalil lain yang menegaskan akan kewajiban menutup aurat ini:

a. "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu melakukan tabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyyah dahulu" (Qs. Al-Ahzab: 33).

Keterangan:


Tabarruj adalah perilaku mengumbar aurat atau tidak menutup bagian tubuh yang wajib untuk ditutup. Fenomena mengumbar aurat ini adalah merupakan perilaku jahiliyyah. Bahkan diriwayatkan bahwa ritual haji pada zaman jahiliyyah mengharuskan seseorang thawaf mengelilingi ka'bah dalam keadaan bugil tanpa memandang apakah itu lelaki atau perempuan.
Konteks ayat di atas adalah ditujukan untuk istri-istri Rasululloh SAW. Namun keumuman ayat ini mencakup seluruh wanita muslimah. Kaidah ilmu ushul fiqh mengatakan: "Yang dijadikan pedoman adalah keumuman lafadz sebuah dalil dan bukan kekhususan sebab munculnya dalil tersebut (al ibratu bi umumil lafdzi la bikhususis sabab).

b. "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan ALLOH SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Ahzab: 59).

Keterangan:
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung), bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan tanda keimanan mereka.

. Hadis Rasululloh SAW, bahwasanya beliau bersabda:
"Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mrip ekor sapi untk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian." (HR. Muslim)

Keterangan:
Hadis ini menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya. Yaitu siksaan api neraka. Ini menunjukkan bahwa pamer aurat dan "buka-bukaan" adalah dosa besar. Sebab perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh ALLOH SWT atau Rasul-Nya dan yang diancam dengan sangsi duniawi (qishas, rajam, potong tangan dll) atau azab neraka adalah dosa besar.

Wajibnya Luzum Dalam Al Jama’ah


A. Berjama’ah adalah ciri beragamanya para Nabi & Rasul
 

Salah satu cirri khas dari agama yang diturunkan oleh Allah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul terdahulu adalah bahwa Allah memerintahkan agar orang-orang yang beriman di sepanjang zaman, agar; mereka berjama’ah dan janganlah berfirqah-firqah (berpecah belah), 

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :

۞ شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى ٱلْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ ٱللَّـهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ ﴿الشورى:١٣﴾

Artinya : "Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwariskan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah didalamnya (menegakkan agama)." (Qs. As Syura : 13)

Keterangan : ayat diatas menjelaskan bahwa dari sejak terutusnya Nabi Nuh alaihis salam sebagai awal Rasul, Allah telah melarang mereka berfirqah-firqah, dengan kata lain Allah memerintahkan mereka (muslimin) agar senantiasa hidup berjama’ah. Kemudian kepada kita, umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dimana beliau adalah penutup para Nabi dan Rasul, Allah telah menegaskan perintah untuk hidup berjama’ah dan melarang (muslimin) berfirqah-firqah :



Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّـهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿آل عمران:١۰٣﴾

Artinya : "Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai berai." (Qs Ali Imran : 103)

Keterangan : pada ayat ini secara tegas Allah memerintahkan agar Menegakkan Dienul Islam adalah  dengan cara hidup berjama’ah, dan Allah melarang dari firqah (perpecahan)

B. Penjelasan-penjelasan atas syubhat-syubhat seputar ayat-ayat tentang Al Jama'ah :
 

Pendapat bahwa jami’an maknanya bukan Al jama’ah
Ada yang berpendapat bahwa; jami’an pada ayat di atas bermakna (kamu) semuanya jadi tidak ada hubungannya dengan perintah berjama’ah.

Penjelasan : Kalimat jami’an bisa bermakna semuanya, tapi kalimat jami’an pada ayat tersebut bermakna berjama’ah, hal ini di perkuat dengan adanya qarinah (rangkaian kalimat) yang bermakna larangan firqah (berpecah belah) di belakang kalimat jami’an. Sebagai perbandingannya, perhatikan kalimat jami’an pada ayat berikut ini :

لَّيْسَ عَلَى ٱلْأَعْمَىٰ حَرَجٌ وَلَا عَلَى ٱلْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى ٱلْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَن تَأْكُلُوا۟ مِنۢ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ ءَابَآئِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوٰنِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمٰمِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمّٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوٰلِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خٰلٰتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُۥٓ أَوْ صَدِيقِكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا۟ جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا ۚ فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا فَسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ ٱللَّـهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۚ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّـهُ لَكُمُ ٱلْءَايٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿النور:٦١﴾

Artinya : "Tidak ada halangan bagi kamu untuk makan berjama’ah (bersama-sama) atau sendirian..." (Qs An Nur : 61)

لَا يُقٰتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِى قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَآءِ جُدُرٍۭ ۚ بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ ۚ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ ﴿الحشر:١٤﴾
Artinya : "...Kamu kira mereka itu berjama’ah (bersatu padu) sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti." (Qs Al Hasyr : 14)

Mereka mengedepankan pendapat; Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir (Tafsit Ibnu Katsir adalah kitab Tafsir Al Qur’an yang paling popular karya Imam Imaduddin Isma’il bin Umar bin Katsir rahimullah wafat bulan Sya’ban 774 H - Februarii 1373 salah satu murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) lafadz jami’an tidak diartikan berjama’ah.

Penjelasan : benar Imam Ibnu Katsir tidak member arti “berjama’ah” pada lafadz jami’an tapi dengan tegas beliau menjelaskan perintah berjama’ah pada kalimat wala tafarraqu perhatikan penjelasan beliau :

Adapun (arti) firman-Nya: wala tafarraqu; Allah perintah pada mereka agar berjama’ah dan mencegah mereka dari firqah. Kemudian beliau berhujjah pada dalil Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

Dari Abi Hurairah r.a berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah ridha tiga perkara pada kamu sekalian dan benci tiga perkara pada kamu sekalian, yang Allah ridha adalah kalian beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukannya dan bahwa kalian menetapi tali (agama) Allah dengan berjama’ah dan tidak berfirqah-firqah dan Allah benci dari kalian “dikatakan dan dia berkata” (katanya dan katanya) dan banyaknya pertanyaan dan menyia-nyiakan harta." HR Muslim : 4578

Catatan: dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa perkara ke-3 yang dicintai Allah adalah

Dan bahwa kalian berbakti (taat) kepada orang yang oleh Allah diserahi mengurus perkara kamu sekalian (imam)
Diantara sahabat Nabi adalah Abdullah bin Mas’ud yang memperkuat penafsiran jama’ah pada kalimat tersebut

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a sesungguhnya dia berkata di dalam arti firman-Nya : wa’ tashimu bihablillahi jami’an dia mengatakan: (maksudnya adalah) al jama’ah. Tafsir At Thabari : 5973

Dan banyak hadits-hadits yang shahih, bahwa Rasulullah memerintahkan agar umatnya senantiasa luzum al jama’ah (menetapi jama’ah)

C. Ringkasan : 


Berjama’ah di dalam memegang teguh (tali Allah) Islam adalah suatu keniscayaan, berjama’ah adalah merupakan bagian dari rukun Islam, sebagaimana yang lima yang termasuk kategori 'amaliyyah yang telah dikenal, akan tetapi berdasarkan dalil-dalil shahih dari Al Qur’an dan As-Sunnah, masuk kepada Rukun Islam kategori Nizhamul Buyut (rumah tangga muslimin). Dengan jelas diketahui, bahwasanya Islamnya seseorang akan sah (sempurna=kaaffah), melainkan dengan berjama’ah, maka jelaslah berjama’ah di dalam memegang tali Allah (ber Islam) hukumnya wajib, sebagaimana yang
dijelaskan dalam qaidah ushul fiqh

Sesuatu perkara yang bila perkara wajib tidak bisa sempurna melainkan dengannya, maka hukum perkara itu adalah wajib. Al-qawa’id wa al-Ushul al-jami’ah wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah (Syaikh as-Sa’di : 36) dan Nazhm al-Waraqat (Syaikh ad-Din al-Umrithi : 20)

Singkat kata berjama’ah adalah kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, mari (coba kita) perhatikan akan bunyi hadits di bawah ini :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Dan aku perintahkan pada kalian lima perkara yang Allah telah perintahkan kepadaku denganya, yaitu; berjama'ah, mendengarkan dan taat, hijrah dan jihad, maka sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari al jama’ah (walaupun) sejengkal, maka sungguh dia telah melepaskan tali (ikatan) Islam dari lehernya, kecuali jika ia kembali. dan barangsiapa yang memanggil (orang lain) dengan panggilan jahiliyah maka sesungguhnya dia termasuk keraknya jahannam, seorang lelaki bertanya “Wahai Rasulullah bagaimana jika dia tetap shalat dan berpuasa?” Nabi menjawab “Walaupun dia tetap shalat dan berpuasa, maka panggillah dengan panggilan Allah yang Allah telah namakan untuk kalian; orang-orang imanorang-orang Islam, wahai hamba Allah." HR At Tirmidzi : 2790 (Abu Isa : Hasan Shahih)

Berbaiat untuk siap mati...


Pada bulan Dzulqa'dah tahun ke-6 Hijriyah, Rasulullah saw bersama para shahabat pergi menuju Mekkah untuk melaksanakan Umrah. Saat itu jumlah mereka mencapai 1500-an orang, sebagaimana disebutkan di dalam shahihain dari Jabir ra. Jabir melaporkan,“Jumlah mereka 1500 orang”. Abu Aufa menyebutkan tentang jumlah mereka,“Kami berjumlah 1300 orang” Qatadah menceritakan, aku bertanya kepada Sa'id bin Musayyib,“Berapa orang yang ikut serta dalam Bai'atur Ridlwan?” Dia menjawab,“1500 orang”. Aku berkata,“Sesungguhnya Jabir bin Abdullah mengatakan, bahwa jumlah mereka 1400 orang”. Ia menjawab,“Semoga Allah merahmati keragu-raguannya, dai mengatakan kepadaku bahwa mereka berjumlah 1500 orang”.

Ibnu al-Qayyim berkata; kedua riwayat dari Jabir itu shahih.

Dalam perjalanan menuju mekah itu Rasulullah saw mengirim mata-mata dari Bani Khuza'ah untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Ketika mereka sudah dekat dengan 'Usfan, mata-mata itu datang, dan melaporkan,“Ketika aku meninggalkan Ka'b bin Lu'aiy, Kaum Quraisy telah mengumpulkan kabilah-kabilah, mereka mengumpulkan pasukan untuk memerangimu, serta menghalangi perjalananmu sehingga engkau tidak datang ke Baitullah”. Lalu nabi megajak para shahabat untuk bermusyawarah. Beliau bersabda,“Apakah pendapat kalian jika kita pergi menuju kaum yang mengirimkan kerabat mereka untuk membantu Quraisy lalu kita perangi mereka, sebab jika mereka diam maka sebenarnya mereka diam karena takut dan tak berdaya, tetapi jika mereka datang maka akan terjadi pertumpahan darah, ataukah kalian berpendapat kita harus memasuki Mekkah dan siapa saja yang menghalangi maka kita perangi?”

Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Mengatakan: Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, sesungguhnya kami datang hanya untuk berumrah, bukan untuk memerangi seseorang, tetapi bila ada yang menghalangi kami ke baitullah kami siap memeranginya. Maka nabi saw bersabda,“Kalau begitu, bersiap-siaplah kalian melanjutkan perjalanan”

Ketika semakin dekat dengan Makkah, dan kaum Quraisy telah siap menghadapi kedatangan Rasulullah saw, maka Rasulullah hendak mengutus salah seorang shahabatnya. Beliau memangil Umar bin Khaththab untuk menjadi utusan kaum muslimin kepada kaum Quraisy. Tetapi Umar mengatakan,“Ya Rasulullah, aku tidak memiliki siapa-siapa di kalangan Bani Ka'b yang akan membelaku jika aku disakiti. Pilih saja Utsman bin Affan untuk menjadi utusan, agar dia akan menyampaikan apa yang engkau inginkan, karena keluarganya masih ada di Makkah”. Maka Rasulullah pun memanggil Utsman bin Affan, dan beliau mengutusnya ke Quraisy seraya bersabda,“Beritahukan kepada mereka bahwa kita datang tidak untuk berperang, kita hanya akan melakukan umrah, dan ajaklah mereka untuk masuk Islam”.

Beliau juga memerintahkan kepada Utsman untuk mendatangi kaum lelaki dan kaum perempuan mukmin, untuk memberitahukan bahwa penaklukan mekkah akan segera tiba dan bahwa Allah akan menampakkan agama-Nya di Mekkah sehingga tidak perlu menyembunyikan iman. Maka Utsman pun berangkat.

Ketika ia melalui kaum Quraisy, mereka bertanya,“Mau ke manakah kau?” Utsman menjawab,“Aku diutus Nabi saw untuk menyeru kalian kepada Islam dan memberitahukan kepada kalian bahwa kami datang bukan untuk berperang, tetapi hanya untuk melakukan Umrah”. Mereka menjawab,“Kami sudah mendengar apa yang kau katakan, maka lakukanlah kebutuhanmu”. Lalu Aban bin Sa'id bin al-Ash mendekat dan menyambutnya, dia menyediakan kendaraan (kudanya) dan mempersilakan Utsman menaiki kudanya. Dia sendiri menemani dan mengantarnya hingga sampai di Makkah.

Sebelum Utsman kembali ke rombongan, kaum muslimin berkata,“Utsman telah berhasil sampai ke Baitullah sebelum kita sampai sana, dan dia sudah berthawaf”. Rasulullah saw bersabda,“Aku tidak yakin kalau Utsman mau melakukan thawaf jika kita gagal melakukannya”. Para shahabat bertanya,“Mengapa dia tidak melakukannya, sedangkan ia telah sampai di sana?”. Rasul menjawab,“Itu perkiraanku saja. Dia tidak akan berthawaf di Ka'bah sebelum kita juga siap berthawaf bersamanya”

Maka kaum muslimin bersepakat dengan kaum musyrikin untuk membuat perjanjian damai. Tetapi kemudian ada salah seorang dari kedua kelompok itu melempar kelompok lain. Maka terjadilah saling menyerang, mereka saling melempar batu. Beruntungnya masing-masing kelompok bisa mengendalikan oknum yang ada di dalam kelompoknya.

Dalam saat yang tegang tersebut, sampailah berita burung kepada Rasulullah saw, bahwa utusannya, Utsman bin Affan, telah dibunuh oleh kaum Quraisy. Mendengar berita tersebut beliau berkata,“Kita tidak akan kita meninggalkan hal ini, sampai kita perangi mereka”. Beliau bertekad untuk mengadakan peperangan, maka beliau meminta para shahabat untuk berbaiat. Maka kaum muslimin pun mengerumuni Rasulullah, ketika itu beliau ada di bawah sebuah pohon. Kemudian mereka membaiat Rasulullah saw untuk tidak lari dari peperangan –di dalam riwayat lain dikatakan berbaiat untuk siap menghadapi kematian” [lihat Fath al-bari, 6:117). Rasulullah saat itu memegangi tangannya sendiri seraya berkata,“Ini karena Utsman”

Seluruh kaum muslimin yang ikut dalam kelompok itu membaiat beliau kecuali al-Jadd bin Qais. Ma'qil bin Yassar memegangi dahan pohon itu supaya tidak mengenai Rasulullah saw. Orang yang pertama berbaiat adalah Abu Sinan al-Asadi. Dan Salamah bin al-Akwa' membaiat beliau tiga kali, bersama kelompok yang awal, bersama yang tengah dan bersama kelompok yang akhir.

* * *

Ya, hanya karena seorang saja kaum muslimin bangkit dan mengadakan baiat menyatakan kesediaannya untuk mati, atau untuk tidak lari dari kematian, sehingga Allah menurunkan ayat yang tetap dibaca hingga hari ini. Baiat itu dinamakan dengan Baiat ar-Ridlwan. Allah memberi kabar gembira kepada mereka yang ikut serta di dalam Bai'at Ridlwan dengan sorga. Mereka pun disebut-sebut sebagai penduduk bumi yang terbaik, sebagaimana disebutkan di dalam shahih al-Bukhari

“أنتم اليوم خير أهل الأرض”

Kalian hari ini menjadi umat yang terbaik di muka bumi

Tetapi sekarang ini kita di Jazirah Arab dipaksa untuk tunduk kepada Thaghut Keluarga Sa'ud, kita dipaksa untuk tunduk oleh tentara thaghut, pendukung tentara salib dalam memerangi pemimpin mujahidin Khalid Haj, dan sudaranya Ibrahim al-Muzaini. Allah tidak akan menyianyiakan darah mereka, dan kita akan membuat perhitungan terhadap pembunuhan mereka. Dan sesungguhnya aku sangat yakin bahwa mujahdin telah berazam untuk memerangi kaum dhalimin dan berazam untuk tidak lari dari medan jihad. Bahkan untuk menghadapi kematian sekalipun mereka tak akan mundur. Semoga Allah meridlai mereka semua. Darah mujahidin (Khalid Haj, Yusuf al-Uyairi, Turki ad-Dandani, Ahmad ad-Dakhil dll) tidak akan tumpah dengan sia-sia, tetapi akan selalu hadir di medan perang. Bahkan darah yang tertumpah itu akan menambah suburnya persemaian jihad, menjadi penerang bagi mujahidin, dan api yang membakar kaum murtad dan salibis.

Ibnu al-Qayyim rh di dalam Zaad al-Ma'ad berkata, Nabi saw membaiat para shahabat di dalam suatu perang untuk tidak lari dari medan perang. Bahkan mungkin beliau membaiat mereka untuk siap menghadapi kematian. Beliau membaiat mereka untuk jihad sebagaimana beliau membaiat mereka untuk Islam, membaiat untuk hijrah sebelum Fathu Makkah. Beliau membaiat mereka untuk bertauhid, taat kepada Allah dan Rasul-nya. Dan beliau juga membaiat sejumlah shahabatnya untuk tidak meminta sesuatu kepada orang lain.

Baiat untuk siap menghadapi kematian adalah hal yang disyariatkan, sebagaimana telah kita lihat. Ibnu Katsir, di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah [7:11-12], menyebutkan kisah Ikrimah bin Abi Jahl pada waktu perang Yarmuk. Aku telah memerangi Rasulullah saw di beberapa medan, pantaskan jika aku lari darimu pada hari ini. Kemudian berseru,“Siapakah yang mau berbaiat untuk siap menghadapi kematian?” Maka berbaiatlah pamannya, al-Harits bin Hisyam, Dlarar bin al-Azwar, di hadapan 400 tokoh kaum muslimin beserta pasukan mereka. Lalu mereka berperang di bawah panglima Khalid, sehingga mereka terluka. Dan ada beberapa orang yang gugur, di antaranya adalah al-Azwar ra.

Al-Waqidi dan yang lainnya menyebutkan bahwa ketika mereka yang terluka merintih dan meminta air, maka kawan-kawan mereka mengambilkan segelas air. Ketika air itu tiba pada salah seorang dari mereka, karena ia juga mendengar rintihan kawan yang lain maka ia berkata “Berikanlah pada yang lain dulu”, maka air itu pun di bawa kepada orang yang lain. Dan ketika air itu sampai pada orang yang kedua, ia pun mengatakan,“Berikanlah kepada yang lain dulu”. Tetapi ketika air itu di bawa kepada orang yang ketiga, orang itu telah meninggal sebelum sempat meminumnya. Dan ketika di bawa kembali kepada orang yang kedua, ia pun juga telah meninggal, demikian juga orang yang pertama. Dengan demikian, mereka semua meninggal tanpa sempat meminum seteguk air pun, dan Allah pun meridlai merek semua”

Kisah ini telah datang untuk menguatkan keabsahan ba'iat utnuk mati. Baiat ini telah dikuatkan melalui pandangan mata, dan pendengaran telinga lebih dari seribu shahabat, seratus orang di antara mereka adalah ahlul badr(pahlawan badar) dan para pemimpin tentaara saat itu, Khalid bin Walid. Dan tidak diingkari bahwa saat itu terdapat Ikrimah, bahklan para ulama' menguatkan keberadaannya pada saat itu. Ibnu Katsir mengatakan,“Saif bin Umar dengan sanadnya dari guru-gurunya melaporkan,“Mereka mengatakan tentang jama'ah kelompok—tentara muslimin di Yarmuk, seribu shahabat, seratus orang di antaranya adalah pahlawan Badr”

Sayyid Quthb mengatakan, Pelajaran ini, yakni Bai'atur Ridlwan, semuanya berbicara tentang orang mukmin, dan berbicara kepada orang mukmin. Berbicara kepada kelompok unik yang beruntung, kelompok yang telah membaiat Rasulullah saw di bawah suatu pohon, dan Allah menyaksikan dan mengukuhkan bai'at ini, tangan-Nya di atas tangan mereka semua dalam bai'at ini. Barisan itulah yang mendengar firman Allah kepada Rasulullah saw;

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً..

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

Kelompok ini juga mendengar Rasuullah saw bersabda,

أنتم اليوم خير أهل الأرض

“Kalian hari ini adalah sebaik-baik penghuni bumi”...

Saat ini, setelah berlalu sepanjang 1400 tahun aku ingin menghadirkan kembali kemuliaan suci itu, di mana seluruh al-wujud menyaksikan tabligh yang mulia dari Allah yang maha tinggi lagi maha agung kepada Rasul-Nya al-amin mengenai jama'ah kaum muslimin. Aku berusaha untuk mencari kamualiaan pada lembaran al-wujud dalam kesempatan yang tersembunyi; yaitu yang saling berjawab dengan firman Ilahi yang mulia, mengenai tokoh-tokoh yang saat itu terlibat ... Dan aku berusaha untuk berempati dengan dzat sesuatu dari kondisi mereka yang berbahagia, yang mendengarkan dengan telinga mereka, bahwa yang dimaksudkan dalam firman Allah adalah diri mereka, pribadi-pribadi mereka…Allah berfirman tentang mereka; bahwa Dia telah meridlai mereka, menentukan tempat mereka berada, dan bentuk tindakan yang mereka lakukan sehingga berhak mendapatkan keridlaan ini; “Ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon”. Mereka mendengarkan hal ini dari nabi mereka yang benar dan terpercaya, atas nama Rabbnya yang agung.

Ya Allah, bagaimana mereka menemukan saat yang suci ini, dan ini adalah tabligh ilahi? Tabligh yang menunjuk kepada setiap orang, dalam dirinya sendiri, dan mengatakan kepadanta; Engkau adalah engkau sendiri yang telah disampaikan oleh Allah pada derajat telah dirilai, ketika engkau berbai'at di bawah pohon. Allah mengetahui apa yang ada di dalam jiwamu, lalu Dia menurunkan ketenangan kepadamu!

Salah seorang di antara kita membaca ayat Allah; “Allah waliyyu ladzina amanu” maka dia mereasa bergembira. Dia mengatakan di dalam hatinya,“Bukankah aku merasa ingin untuk termasuk ke dalam kelompok ini? Ada lagi yang membaca atau mendengar,“Innallaha ma'a as-shabirin”, maka ia merasa tenang. Ia berkata dalam dirinya; bukankah aku berharap untuk menjadi salah seorang di antara mereka yang bersabar? Dan tokoh-tokoh itu endengar dan disampaikan, satu per satu, bahwa Allah mengangkatnya secara khusus, dan menyampaikan “Dia telah meridlainya!” Sementara Dia mengetahui apa yang ada di dalam jiwanya, dan meridlai apa yang ada di dalam jiwa nya.

Ya Allah, sesungguhnya itu adalah sesuatu yang mengagumkan

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (al-fath:18)

Allah mengetahui semangat keagamaan yang ada di dalam hati mereka, bukan semangat karena hawa nafsu. Allah mengetahui keyakinan yang tertanam di lubuk hati mereka yang tertuang dalam baiat, dan Allah mengetahui kemarahan yang meluap di dalam hati karena aksi mereka berhadapan dengan peperangan dan aturan ... agar berdiri di belakang kalimah Rasulullah seraya thaat, tunduk dan sabar

Lalu Allah menurunkan ketenangan atas mereka. Dengan ungkapan ini yang menggambarkan turunnya ketenangan di tengah kegalauan, kekhawatiran dan gejolak, yang meleremkan hati yang sedang bergejolak membara menjadi sejuk, damai, tenang, dan fresh.

KHALIFAH DAN SIKAP APARAT ALLAH


(Kajian Kritis)

"Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi", mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu seorang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". ( QS. Al Baqarah : 30 )

Ikhwan fiddien rahimakumullah, mari kita kaji beberapa pelajaran yang terkandung dalam ayat ini.

Pertama, Kedudukan kita sebagai khalifatullah fil ard adalah sesuatu yang sangat mulia dan terhormat. Pengumuman Allah di hadapan semua mahkluk langit adalah bukti betapa Allah mengandalkan manusia sebagai master peace-Nya yang akan memikul tanggung jawab sebagai wakilNya di muka bumi.

Kedudukan khalifah ini, secara tersirat juga dikehendaki oleh makhluk Allah bernama Malaikat. Ungkapan kritisnya dengan mengatakan : Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? "bukanlah sekedar sikap kritis semata.

Pengungkapan malaikat ada dua bagian, pertama sedikit mendiskriditkan manusia dengan mengatakan akan berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah. Bagian kedua sedikit menyebut-nyebut kelebihan yang dimilikinya.

Saya pikir semua sepakat, bahwa bila seorang berkata mendiskriditkan pihak lain dan kemudian menyebut kelebihan sendiri sudah bukan lagi sekedar sikap kritis, tapi lebih jauh dari itu, mungkin ada interest di dalamnya.

Ini juga memberi bukti keagungan dan kemulian predikat sebagai khalifah.

Kedua, kita bisa melihat bagaimana Allah menjalankan pemerintahan-Nya. Ayat ini memberi keterangan bagaimana Allah "sedikit" bersikap otoriter kepada para malaikat dengan Firman-Nya: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Yang bila diterjemahkan bebas, bisa berbunyi : Bagaimana Aku saja, toh Aku lebih tahu

Allah bersikap otoriter? rasanya tidak salah. Lebih dari itupun, misalnya diktator rasanya juga tidak salah, karena Allah bersifat Al-Jaliil, Al-Mutakabbir, Al-Aziiz. Namun di balik "keotoriteran" Allah kita bisa melihat bahwa yang paling Allah munculkan adalah sisi ilmu-nya (Innii a'lamu maa laa ta'lamuun). Dan bukan sisi kekuasaan-Nya atau sisi kekuatan-Nya. Bisa saja kalau Allah mau dan tidak salah, Allah berkata Aku lebih berkuasa atau Aku lebih berwenang.

Selain itu di balik keotoriteran, Allah juga masih memberikan ruang kepada para malaikat untuk menyampaikan pandangan dan pendapatnya. Ini memberikan pelajaran bahwa kebijakan, perintah atau inntruksi yang Allah keluarkan adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmu. Dan bukan hanya didasarkan atas informasi-informasi sefihak saja.

Kalau bukan karena pertimbangan ilmu, bisa jadi posisi malaikat yang secara riel lebih "dekat" hubungannya dengan Allah dan jauh lebih "senior" dibandingkan manusia akan lebih pantas menduduki jabatan sebagai khalifah.

Apa pelajaran dari sedikit analisa kritis ini?

Pertama, marilah kita syukuri anugrah Allah dan kepercayaan yang luar biasa yang Allah berikan kepada kita dengan pengangkatan kita sebagai khalifah. Bentuk syukur, tentu saja adalah dengan menyikapi pemberian dengan sikap yang dikehendaki oleh pemberi anugrah.

Kedua, khususnya bagi para aparat, dalam mengambil sebuah kebijakan atau perintah marilah semaksimal mungkin kita dasari dengan ilmu. Dan bukan hanya sekedar ekspresi dari kewenangan atau kekuasaan belaka. Lebih parah lagi kalau keputusan diambil dengan pijakan masukan-masukan dari satu pihak semata yang dirasa lebih dekat dan lebih senior.

Selain itu, dalam posisi seperti apapun, kita masih tetap memberi ruang bagu ummat/staff untuk memberikan pendapat dan masukannya, terlepas apakah masukan itu akan menjadi dasar atau tidak. Artinya menjauhkan sikap otoriter apalagi diktator.

Ketiga, bagi semuanya penulis mengajak marilah menjadi penerus-penerus Ibrahim yang akan membuat Allah tersenyum dan dengan bangga memperlihatkan kepada para malaikat bahwa keputusan pengangkatan manusia sebagai khalifah bukan keputusan yang keliru. Marilah dengan segenap karunia yang Allah berikan kepada kita, kita menjadi hamba Allah yang sejati ( Para Mujahid yang meng-idharkan Khilafah Daulah ). Seperti yang pernah disebutkan di dalam sebuah hikayat, bahwa ketika Ibrahim telah meletakan pisau tajam di atas leher Ismail, saat itulah langit bergemuruh dengan suara takbir dan tasbih ribuan malaikat penghuni langit dan Allah kemudian berkata kepada para malaikat: "Alam aqul lakum innii a'lamu ghaibas samaawati wal ard?" dan para malaikat menjawab: "Subhaanaka laa ilma lanaa illa na allamtanaa".

(Wallaahu a'lam bisshawwaab) - At Tasbih -

PEMUDA ISLAM BANGKITLAH !!


Tenang-tenang sajalah…masih ada waktu tuk kita. Saantaai..santai sajalah…masih ada waktu tersisa.
Bahwa masa muda adalah masa buat happy-happy, yang penting tetep gaya, oke, pinter, dan gaul. Ya nggak ?
Padahal, dibalik semua itu sebagai pemuda atau siapa pun yang masih mempunyai semangat dan jiwa muda kita punya tugas dan misi besar.

Misi yang jauh lebih besar dari misi-misi agen BIN,DS88,FBI,CIA, bahkan agen Mossad yang tak pernah berhenti untuk menghancurkan umat Islam. Misi yang langsung Allah berikan untuk kita.Misi untuk memberlakukan hukum-hukumNya diseluruh penjuru dunia dan untuk mengalihkan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya. Juga untuk membebaskan umat manusia dari alam yang sempit menuju alam bebas merdeka.
Misi yang sesuai dengan sunatullah penciptaan manusia, yaitu untuk mewujudkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah serta untuk menyerahkan diri sepenuhnya terhadap seluruh keputusanNya. Sebagai mana yang dikatakan Allah dalam firmanNya :

" Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." ( Adz Dzariyat : 56 )

Disadari atau tidak masa muda adalah masa yang paling produktif bagi seorang insan. Maka sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakan begitu saja masa muda kita. Masa disaat fisik kita masih sangat kuat, sel-sel otak kita masih cerdas untuk menangkap materi-materi yang kita dapatkan, dan terutama masa yg akan dimintai pertanggungjawabanNya.

Dengan misi yang teramat berat diatas sebagai seorang pemuda muslim kita harus memiliki lima macam kriteria yang harus kita yakini sepenuhnya, yaitu :

1. Iman yang kuat

Jagalah dalam hati kalian agar Iman tidak mudah goyah dan surut. Sesuai firman Allah dalam QS Al-Hujurat : 15.

Iman yang kuat, seperti pohon yang akarnya menghujam kedalam tanah, batangnya menjulang kuat, dan diantara daunnya yang rimbun akan dihasilkan buah akhlaq dan amal yang manis rasanya. Maka inilah saatnya memperkokoh iman kita. Mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan yang akan selalu berputar dalam catatan kehidupan kita.

2. Keikhlasan yang Sungguh-sungguh

" Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ( menjalankan ) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."
( Al Bayinah : 5 )

Orang mukmin yang lurus adalah jika pendorong agama didalam hatinya bisa mengalahkan pendorong hawa nafsu, porsi akhirat bisa mengalahkan porsi dunia, mementingkan apa yang ada disisi Allah dari pada apa yang ada disisi manusia, menjadikan niat, perkataan dan amalnya bagi Allah, menjadikan shalat, ibadah, hidup dan matinya bagi Allah, Rabb semesta alam. Inilah ikhlas.Memang bukan hal yang mudah untuk diamalkan, tapi keikhlasan adalah landasan dari amal yang kita kerjakan. Bukankah kita tak ingin sekedar menabung kesia-siaan !

3. Tekad yang kuat tanpa rasa takut

" (Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan." ( Al Ahzab : 39 )

Saatnya untuk membangkitkan hamasah ( semangat ) dan azam dalam hati kita. Untuk tetap istiqomah dan memperbaiki diri agar menjadi insan-insan yang unggul dan bermanfaat bagi sesamanya.Tanpa tekad yang kuat jangan berharap kita akan dapat berubah dan meraih kemenangan.

4. Usaha yang berkesinambungan

Salah satu yang harus dipenuhi dalam mewujudkan misi kita ialah tidak mengenal rasa jenuh dan malas.

" Dan katakanlah :"Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, …" ( QS At Taubah : 105 )

Kemalasan adalah faktor terbesar dari diri kita yang telah begitu lama membuat kita lalai dan terbuai. Padahal tiap detik yang kita lalui akan selalu tercatat dalam kitab amalan kita. Akan ada masa pertanggungjawaban, siapkah kita, apa yang akan kita katakan saat Allah bertanya untuk apa masa mudamu digunakan ?

5. Pengorbanan

Pengorbanan adalah sesuatu yang wajar sebagai bukti kecintaan kita pada Allah. Harta, jiwa, raga dan segala macam pengorbanan menjadi konsekuensi yang logis bagi orang yang sedang gila cinta. Adik-adikku,karena itulah besar kecil pengorbanan seorang mukmin juga menjadi tolak ukur seberapa besar cinta dan keimanannya pada Allah dan Rasulnya.

Pada dasarnya kelima kriteria di atas merupakan ciri khas orang-orang yang menepati janjinya kepada Allah. Ingatlah, sesungguhnya landasan iman adalah jiwa yang suci. Landasan keikhlasan adalah hati yang jernih. Landasan tekad adalah semangat yang kuat membara. Landasan usaha ialah kemauan yang keras dan landasan pengorbanan adalah aqidah yang kokoh.

Kini yang ada dihadapan kita adalah kenyataan bahwa umat Islam tengah berada di persimpangan jalan. Dunia Islam pada umumnya menghadapi benturan keras dari arus ideologi, pemikiran, moralitas, adat istiadat, kebudayaan, dan lain-lain.Mari kita berkaca diri, berapa banyak kita mendengarkan kaset-kaset barat dibandingkan kaset-kaset murotal. Atau berapa sering kita lebih memilih mode barat dibandingkan pakaian yang Islami. Maka tak dapat dipungkiri, bahwa kini masyarakat kita ( dan juga kita ) sedang sakit parah.

Sakit yang tidak hanya dapat disembuhkan dengan pemeriksaan fisik dan pemberian terapi medikamentosa. Tapi sakit yang membutuhkan pengobatan yang intensif untuk memulihkan kembali kesehatannya. Umat kita mendambakan seorang yang dapat menggandeng tangannya untuk menuju ke atas bahtera keselamatan untuk kemudian berlabuh di pantai kedamaian. Umat kita membutuhkan penyelamatan, petunjuk dan perbaikan.Dan pemuda muslim adalah satu-satunya tempat melabuhkan semua harapan. Pemuda Islamlah penentu kebangkitan dan eksistensinya.

Maka berilah qudwah ( panutan) yang baik kepada orang lain dalam segala sesuatu. Dan mulailah dari diri kita ( ibda bi'nafsik ). Bangkitlah, dan bercerminlah pada kader-kader mukmin yang digembleng Rasulullah di Darul Arqom.Mereka adalah pemuda-pemuda yang tangguh. Dari tangan merekalah terbit fajar Islam. Bagaimana tidak ? Pada waktu itu usia Rasulullah sendiri pun baru menginjak empat puluh tahun ketika beliau diangkat menjadi rasul. Sedangkan Abu Bakar pada waktu itu berusia tiga tahun lebih muda dari usia Nabi Saw. Bahkan Umar bin Khattab masih berusia 27 tahun dan Ali ra adalah orang termuda dari keempat khalifah tersebut. Juga para mujahid yang tangguh, seperti Abdullah bin Mas'ud, Abdul Rahman bin Auf, Al Arqam bin Arqam, dan puluhan bahkan ratusan pemuda lainnya.

Dalam mengemban risalah dawah, mereka dengan tabah menanggung siksaan. Mereka rela berkorban demi lancarnya perjuangan Siang dan malam berusaha keras mewujudkan kemenangan gemilang serta keeksistensian Islam. Bagaimana dengan kita? Perbaikan diri bagaimana pun harus dimulai dari diri kita sendiri, sebelum kita menyeru orang lain dan mengajak sebanyak mungkin saudara-saudara kita menuju surga. Maka inilah saatnya kita mulai tiap detik selangkah lebih baik !

Janji Allah pasti akan terwujud, bahwa Islam akan kembali berjaya. Maka seperti yang dikatakan oleh Ulama mesir bahwa "Umat harus bangkit. Namun aset umat ini untuk kembali bangkit telah terkuras habis, kecuali satu : itulah pemuda." Ya, inilah saatnya bagi kita untuk bangkit, untuk senantiasa berada dalam garis keseimbangan antara amal, akal, dan ruhiyah . Pilihan kini berada ditangan kita, untuk menjadi umat pengganti atau yang tergantikan ???

Wallahu alam bishawab.

Adab Antara Ikhwan dan Akhwat


1. A. PERGAULAN ANTARA IKHWAN - AKHWAN (LAWAN JENIS)
Di bawah ini diuraikan beberapa aturan Islam berkaitan dengan masalah pergaulan IKHWAN - AKHWAT, antara lain :
1. Menjaga Pandangan
QS. An-Nur : 30-31

“Tidaklah seorang Muslim sedang melihat keindahan wanita kemudian ia menundukkan pandangannya, kecuali Allah akan menggantinya dengan ibadah yang ia dapatkan kemanisannya.” (HR. Ahmad)

“Semua mata pada hari kiamat akan menangis, kecuali mata yang menundukkan atas apa yang diharamkan oleh Allah, mata yang terjaga di jalan Allah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah.” (HR. Ibnu Abi Dunya)

2. Menutup Aurat secara Sempurna
QS. Al-Ahzab : 59, QS.An- Nur : 31

“Hai Asma, sesungguhnya perempuan itu apabila telah sampai umur/dewasa, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini. Rasulullah berkata sambil menunjukkan kepada muka dan telapak tangan hingga peregelangannya sendiri.” (HR. Abu Dawud dan Aisyah)

”Dari Abu sa’id RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama lelaki, begitu pula seorang perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh bersentuhan kulit sesama lelaki dalam satu selimut, begitu pula seorang perempuan tidak boleh bersentuhan kulit dengan sesama perempuan dalam satu selimut.” (HR. Muslim dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadhush Shalihin)

3. Bagi wanita diperintahkan untuk tidak berlembut-lembut suara dihadapan laki-laki bukan mahram. (QS. Al-Ahzab : 32)

4. Dilarang bagi wanita bepergian sendirian tanpa mahramnya sejauh perjalanan satu hari.

“ Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali bersama mahramnya.” (HR. Bukhari Muslim dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadush Shalihin)

5. Dilarang “berkhalwat” (berdua-duaan antara pria dan wanita)

“Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi dengan perempuan, kecuali disertai muhrimnya.” (HR. Bukhari Muslim dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadush Shalihin)

6. Laki-laki dilarang berhias menyerupai perempuan, juga sebaliknya.

“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : “Rasulullah SAW mwlaknat kaum laki-laki yang suka menyerupai kaum wanita dan melaknat kaum wanita yang suka menyerupai kaum laki-laki.” (HR. Bukhari dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadush Shalihin)

1. B. KEHARAMAN KAUM LELAKI MEMANDANG WANITA YANG BUKAN MUHRIMNYA

Dalam fasal ini dijelaskan tentang diharamkannya kaum lelaki memandang kaum wanita yang bukan muhrimnya. Begitu pula sebaliknya, yakni keharaman kaum wanita memperhatikan kaum lelaki yang bukan muhrimnya.

Tersebut dalam firman Allah dalam surat Al ahzab, :

“Apa bila kamu meminta sesuatu kepada mereka maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan bagi hati mereka”.

Dalam surat An Nuur ayat 30 di jelaskan:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman :”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci begi mereka”; Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.

Rasulullah S.A.W bersabda: ”Pandangan mata itu merupakan panah beracun dari panah Iblis. Barang siapa meninggalkannya karena takut Allah S.W.T, maka Allah memberinya keimanan yang mana ia akan memperoleh kemanisannya didalam hati”.

Nabi Isa as bersabda: “Takutlah kamu. peliharalah dirimu dari memperhatikan. Karena sesungguhnya memperhatikan itu menumbuhkan syahwat di dalam hati. Dan cukuplah syahwat itu menjadi fitnah”.

Sa’ad bin jubair mengatakan hanyalah fitnah yang menimpa Nabi Daud As adalah di sebabkan pandangan beliau. Nabi Daud bersabda kepada putera beliau Nabi Sulaiman As, lebih baik berjalanlah di belakang macan dan Harimau, janganlah berjalan di belakang perempuan.

Mujahid mengatakan, apabila seorang perempuan mengahadap ke muka maka Iblis duduk di bagian kepalanya. Lalu Iblis memperindah diri perempuan itu yang di peruntukkan bagi orang yang memperhatikannya. Kalau seorang perempuan berbalik menghadap kebelakang maka Iblis duduk di pantatnya. Lalu Iblis memperindah perempuan itu yang di peruntukkan bagi orang yang memperhatikannya.

Seorang bertanya kepada Nabi Isa As, Apa permulaan yang menyebabkan orang berzina?. Beliau bersabda :Yaitu akibat memperhatikan perempuan dan memperhatikan dirinya.

Al Fudhail mengatakan, Iblis berkata bahwa pandangan yang di lepaskan pada suatu perkara yang tidak halal itu adalah merupakan panahku yang sudah tua dan busurku yang tak pernah luput jika aku pergunakan.

Tersebut dalam sya’ir:

Segala sesuatu yang baru terjadi

Permulaannya dari pandangan

Nyala api yang besar

Permulaannya dari pelatuk yang kecil

Orang yang mempermainkan mata

Sangat di khawatirkan akibatnya


Berapa banyak pandangan


Yang masuk dan bekerja dalam hati

Bagaikan anak panah yang dilepas busur dan tali

Orang yang memperhatikan

Perkara yang membahayakan

Akan menyenangkan orang yang mempunyai kekhawatiran

Tetapi kalau akhirnya mencelakakan

Itu tidak membahayakan

Ummu salamah Ra mengatakan bahwa Ibnu Ummi maktum meminta izin kepada Rasulullah S.A.W. Saat itu aku dam maimunah Ra duduk bersama, maka Rasulullah bersabda: ”Bertakbirlah kalian “. Kami menimpali:” Bukankah dia orang buta yang tidak dapat memandang kami?”. Rasulullah bersabda:” Apa kalian tidak dapat melihatnya juga ?”.

Rasulullah S.A.W mengingatkan : “Allah melaknat orang yang dipandang dan orang yang dipandangi (membalas pandangan).

Bagi perempuan yang beriman pada Allah, tidak dibenarkan memperlihatkan diri pada setiap orang asing, karena yang tidak terikat oleh pernikahan atau muhrim karena nasab atau sesusuan. Demikian pula orang lelaki tidak dibenarkan memperhatikan kaum wanita, sebaliknya kaum wanita balas memperhatikan pandangannya.

Sebagaimana kaum lelaki menundukkan pandangannya kepada kaum wanita, maka menjadi kewajiban pula kaum wanita menundukkan pandangan mata terhadap kaum lelaki. Pendapat itu sebagaimana di tekankan oleh Ibnu Hajar dalam kitab AZ ZAWAJIR.

Tidak pula diperbolehkan lelaki bermusafahah (bersalaman) dengan perempuan yang bukan muhrim. Larangan ini berlaku juga pada perbuatan saling memberikan. Sebab itu perkara yang di haramkan memandangnya diharamkan pula memegangnya. Mengingat dengan cara memegangnya itu ia dapat merasakan kelezatan. Hal ini didasarkan pada dalil bahwa, kalau orang berpuasa lalu berpegangan dengan lawan jenisnya yang menyebabkan inzal (keluar mani), maka puasanya batal. Tetapi kalau keluarnya mani disebabkan oleh pandangan, puasanya tidak batal. Demikian menurut penjelasan kitab An Nihayah.

Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam kitab Al Kabir dari mu’qal bin Yasar bahwa, salah seorang di antaramu yang di lukai kepalanya oleh jarum, itu lebih baik dari pada memegang perempuan yang tidak dihalalkan untuknya.

Rasulullah S.A.W memperingatkan : “Takutlah kalian terhadap fitnah dunia dan fitnah kaum wanita. Sebab permulaan fitnah yang menimpa bani isra-il itu adalah kaum wanita”.

Rasulullah S.A.W bersabda: “Dan setelah masaku tidak ada fitnah yang lebih membahayakan terhadap kaum lelaki ketimbang fitnah akibat perempuan”.

1. C. LARANGAN BERDUAAN DI TEMPAT YANG SUNYI

Tersebut dalam riwayat bahwa Rasulullah S.A.W bersabda : ”Takutlah kamu dari menyepi (berduaan) dengan perempuan. Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaanNYA, tidaklah orang lelaki yang menyepi bersama dengan orang perempuan (yakni berpacaran), kecuali syetan menyusup di antara mereka berdua. Sungguh seorang yang berdesak desakkan dengan babi yang berlepotan lumpur itu jauh lebih baik dari pada berdesak desakkan (bersenggolan) dengan pundak perempuan yang tidak halal baginya”.

Rasulullah S.A.W bersabda:”Orang perempuan itu merupakan jerat-jeratnya syethan (yakni perangkapnya), dan kalaulah bukan karena syahwat, tentu kaum wanita tidak akan menguasai (menundukkan) kaum lelaki”. (al hadits)

Ada pepatah mengatakan Apabila kelamin lelaki bangkit maka hilanglah sepertiga akalnya”.