Selasa, Maret 07, 2006

FARUDDUUHU ILALLAHA WA AR RASUUL DALAM RANGKA MENYIKAPI PERPECAHAN DAN IKHTILAF DI AKHIR ZAMAN.

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. " (Q.S. An Nisa' : 59)

Kembali kepada Allah Azza wa Jalla (Al Qur-an) dan (Ittiba' kepada) Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam (As Sunnah = Sunnatii wa Sunnati al Khulafau ar Rasyidin al Mahdiyyin radhi allahu 'anhum) adalah cara selamat menuju Ridha dan Ampunan Allah Azza wa Jalla. Selamat dari ancaman (fitnah perpecahan) di dunia saat ini dan adzab di akhirat kelak selama-lamanya.
Ummat Rasul Shalallahu 'alaihi wasalam akhir zaman ini apabila meinginkan dirinya selamat tiada tersesat selama-lamanya (abadan), maka Allah Azza wa Jalla telah memberikan solusi terbaiknya, (dalam Al Qur-an) maupun via lisan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam (As Sunnah) untuk berpegang teguh kepada tali agama Allah Azza wa Jalla ini dengan cara :
  1. Kembalikan segala urusan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul Nya Shalallahu 'alaihi wasalam (q.s. An Nisa' : 59),
  2. Berpegang teguh kepada Al Qur-an dan As Sunnah (Sunnatii wa sunnati al khulafau ar rasyidin al mahdiyyin)-as sunnah ash shohihah.
  3. Berjama'ah (iltizam dalam Jama'ah Muslimin bersama Imam mereka) jangan bercerai berai (berfirqah-firqah) (q.s. Ali Imran : 103)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Saat ini marak kita temukan dalam kajian-kajian, baik dalam majlis-majlis ta'lim, seminar, dia
logh, diskusi, tabligh akbar yang digelar oleh kelompok-kelompok, jam'iyyah, ormas, orpol, parpol, harakah-harakah, gerakan- gerakan dari tingkat RT, RW hingga skala nasional dan internasional sekalipun, baik via media elektronik (televisi maupun radio), media cetak (majalah, koran dan juga buletin) yang membahas akan "solusi" untuk dapat keluar dari kemelut, konflik, problematika hidup dan kehidupan, para syeikh, 'alim 'ulama, maupun asatidz, mereka semua menjelaskan bahwasanya tiada lain hanyalah manakala muslimin, mu'minin berkumpul bersama bermusyawa rah dalam sebuah majelis, dan bersepakat untuk dapat kembali (taubatan) kepada Allah Ta'ala secara muthlaq dengan cara thalabul 'ilmi, ber'amal shalih, berda'wah liilaa likalimatillah hiya ulya, memurnikan Tauhid, meninggal kan dengan sepenuh hati keSyirikan, menghidupkan 'amalan-'amalan Sunnah membuang Bid'ah, menerima al haq menafikkan yang bathil. Mengkikis habis segala bentuk khurafat dan tahayul, memperbanyak dzikir taqarub ilallah, merapatkan dan meluruskan barisan dalam rangka asyiddau 'alal kuffar ruhama u bainahum, demi terwujud nya izzah Islam wal Muslimun secara bersama-sama dibawah satu komando, komando Imaamul Muslimin ai Amirul Mu'minin ai Khalifah dalam satu wadah, sistem dan pola juang yang tiada lepas kesemuanya itu dari ittiba' kepada Rasulullah dan para khalifah rasyidah sepeninggal beliau dengan sesuai dan sekuat kemampuan.

Kaum muslimin yang sama-sama mengharapkan ridho dan ampunan dari Allah
subhanahu wata'ala ,
Menghindarkan diri dari perpecahan adalah salah satu bagian dari kembali kepada Allah
Ta'ala dan juga ittiba' kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam dan khulafau ar rasyidin al mahdiyyin radhiallahu 'anhum . Bagian dari kaffahnya berislam menurut manhaj rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam dan para shahabat radhiallahu 'anhum para salaf ash shalih salaf al ummah rahimahullah 'alaihim adalah berjama'ah berimamah dalam konteks farudduuhu ilallah wa ar rasuul.
Menghindarkan diri dari perpecahan adalah wujud ketha'atan atas apa-apa yang Allah subhanahu wata'ala larang akan perilaku berpecah belah ini (q.s. Ali Imran ; 103),
Mengapakah Perpecahan dilarang ?
  1. Perpecahan adalah tindakan yang menyerupai ahli kitab. “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah datang keterangan kepada mereka dan bagi mereka adzab yang besar.” (Al-Imran: 105). Ibnu Katsir berkata (dalam menafsirkan ayat di atas): “Allah tabaaraka wa ta’ala melarang umat ini untuk menyerupai umat terdahulu dalam perpecahan dan perselisihan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/390). Sabda Rasulullah ttg perpecahan pada ahli kitab yahudi 71 firqatan dan nasrani 72 firqatan, maka ummat musliminpun akan pecah menjadi 73 firqatan.
  2. Perpecahan adalah perilaku orang-orang yang ahli syirik (musyrikin).
    “Janganlah kalian menjadi golongan orang-orang musyrik yaitu dari orang-orang yang memecah belah agamanya menjadi berpartai-partai dan masing-masing partai merasa bangga dengan yang ada pada mereka.” (Ar-Rum: 31-32, Asy Syura:13)
  3. Perpecahan adalah perilaku yang Rasulullah berlepas diri tentangnya. “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka.” (Al-An’am: 159). Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Rasulullah tidak bertanggung jawab (berlepas diri) dari semua yang memisahkan dari agama Allah Ta'ala atau yang menyelisihinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/200).
  4. Perpecahan adalah bagian dari da'wah jahiliyyah. Ibnul Qayyim t berkata: “Termasuk seruan jahiliyah adalah menyeru untuk fanatik kepada kesukuan atau fanatisme kepada tokoh tertentu. Termasuk juga fanatisme dengan madzhab, partai-partai, masyayikh, atau mendahulukan hawa nafsu dan kesukuan dalam pembelaan terhadap segolongan orang bahkan menisbatkan diri kepadanya serta menyeru kepadanya (nafsu dan kesukuan). Demikian pula saat dia memberikan loyalitas atau permusuhan dan mengukur manusia dengannya. Ini semua merupakan seruan jahiliyah.” (Taisirul ‘Azizil Hamid hal. 350)
  5. Perpecahan adalah termasuk kriteria Du'atun 'ala abwaabi Jahannam. Yang dimaksud du'atun 'ala abwaabi jahannam adalah yang menyeru dengan seruan jahiliyyah atau seruan ashobiyyah, walaupun mereka memiliki kemiripan dari berbagai sisinya dengan Rasulullah dan para shahabat (maa ana 'alaihi wa ashabih-hum minjildatina wayatakallamuuna bialsi natina) terutama dalam aqidah dan amaliyahnya serta pijakannyapun Al Qur-an dan As Sunnah ash shohihah. Namun mereka menyerunya kepada seruan jahiliyyah (da'wah ashobiyah). Maka yang demikian itu adalah min jutsai Jahannam dan yang mengikuti seruannyapun, man ajabahum ilaiha qadzafuuhu.
  6. Perpecahan merupakan sarana bagi setan untuk membelenggu kaum muslimin agar selalu tercabik-cabik dalam permusuhan dan perpecahan, sehingga dalam banyak ayat Allah melarang kaum muslimin untuk berpecah belah."... dan sesungguhnya syaithan itu akan sangat dekat bersama orang yang memisahkan diri dari Al Jama'ah(firqah)."(h.r. An Nasa'i, Sunan An Nasa'i dalam kitab Tahrimud Dam:VII/92, Muslim, shahih Muslim:II/136 dan Ahmad, Fathurrabbani:XXIII/8. Lafadz An Nasa'i)
  7. Perpecahan adalah Adzab. "Dan Janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab yang berat." (q.s. Ali Imran:105, q.s. Al An'am:65). "Al Jama'ah itu rahmah dan firqah itu Adzab." (h.r. Ahmad dari Nu'man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsush Shohihah No.667)
  8. Perpecahan adalah bahagian dari kesesatan. "Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah-belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu."(q.s. Al Mu'minun :52,5354).
  9. Perpecahan adalah perilaku memisahkan diri dari Al Jama'ah dan dapat mengeluarkan pelakunya dari agamanya sejengkal demi sejengkal serta halal darahnya.. "Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena 3 hal; ...... dan orang yang meninggalkan agamanya yaitu orang yang memisahkan diri dari Al Jama'ah."(h.r. Muslim dari Abdullah, Shahih Muslim dalam Kitabul Qosamah wal Muharibin:II/40, Ahmad, Musnad Ahmad:I/382, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/126, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/847, An Nasa'i Sunan An Nasa'i:VII/90, At Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi:IV/12 dan Ad Darimi, Sunan Ad Darimi:II/218. Lafadz Muslim).
Dengan cara bagaimanakah kita menghindarkan diri dari perpecahan tersebut ?
  1. “Berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah seraya berjama'ah dan janganlah berpecah belah.” (Ali ‘Imran: 103). Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Telah diperintahkan kepada mereka (kaum muslimin) untuk berjama'ah dan melarang mereka dari perpecahan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/389). Abu Ja’far At-Thabari rahimahullah berkata: “Yang dimaksud oleh Allah Azza wa Jalla dari ayat tersebut adalah: Berpeganglah kalian dengan agama Allah ta'ala yang telah Dia perintahkan kepada kalian, dan dengan janji-Nya yang telah diambil atas kalian di dalam Kitab-Nya, yaitu berkumpul di atas kalimat yang benar dan berserah kepada kalimat Allah ta'ala.” (Tafsir Ath-Thabari, 3/378),
  2. Iltizam atau luzum dalam Jama'ah Muslimin yang ada Imam diantara mereka. Hindari atau jauhi firqah-firqah yang ada semuanya. (h.r.Al Bukhari, Shahih Al Bukhari dalam kitabul Fitan:IX/65, Muslim, Shahih Al Muslim:II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/475. Lafadz Al Bukhari dari Khudzaifah ibnul Yaman). dan masih banyak lagi ayat-ayat al qur-an, hadits shahih dan asar shahabat tentang perintah berjama'ah dan larangan berfirqah-firqah.
  3. Mengembalikan segala urusan kepada Allah dan Rasul Nya tentang permasalahan ad dien, baik dari perselisihan faham, perbedaan pendapat yang dikhawatirkan dapat memecah belah persatuan umat menjadi bergolong-golongan sehingga sirna segala bentuk pertolongan, tercerai-berailah kekuatan serta menjadi lemah, hina (kehilangan izzah) dan hilanglah rasa takut dari dada-dada para musuh Islam dan muslimin.
Semoga Allah Ta'ala menurunkan 'ilmu yang selamat dan bermanfa'at melalui para 'alim 'ulama yang selamat pula ke dada-dada muslimin, mu'minin hamba-hamba Allah Azza wa Jalla semuanya, dan memberikan kemudahan-kemudahan dalam memahami ad dien serta mengamalkan al haq yang penuh dengan manfa'at ini dan menyelamatkan serta menjauhkan kita dari berbagai ma'shiyat yang penuh madharat, terhindar dari jilatan api yang menyala-nyala ataupun berenang-renang dan tenggelam dalam kesengsaraan juga kehinaan dalam neraka jahannam, kekal abadi selama-lamanya. Iyya ka na'budu waiyya ka nasta'in wahadanallah ajma'in, walhamdulillahi rabbil 'alamin. amin amin yaa rabbal 'alamin.
wallahu ta'ala a'lam.