BAB II.
IMAROH/KEPEMIMPINAN
( Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin )
A. Ta’rif
1. Ma’na menurut Bahasa
Menurut bahasa “imam” adalah: “Seorang
pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit:I/16)
Sedang ma’na “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang
menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit:I/250)
2. Ma’na
menurut Istilah
“Imaam” adalah: “Pengganti rasul yang menegak kan Ad-dien (Islam).”
(Muhitul
Muhit:I/16)
“Khalifah” adalah: “Imam yang tidak ada di atas nya lagi seorang
imaam.” (Muhitul
Muhit:I/250)
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi Khalifah.” (Mu’jamul Washit:I/26)
Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin
adalah kalimat sinonim
(mengandung pengertian yang sama).
B.
Perintah Mengangkat seorang Amir
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(28) لاَ يَحِلُّ أَنْ يَنْكِحَ الْمَرْأَةَ
بِطَلاَقِ أُخْرَى وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِ صَاحِبِهِ
حَتَّى يَذَرَهُ وَلاَ يَحِلُّ لِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ
إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ وَلاَ يَحِلُّ لِثَلاَثَةِ نَفَرٍ
يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ صَاحِبِهِمَا
(28)
“Tidak halal untuk menikahi seorang wanita dengan talak orang lain, tidak halal
seseorang membeli barang yang sedang dibeli oleh kawannya sehingga ia
meninggalkannya, tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah
kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin), dan tidak halal bagi
tiga orang yang berada di suatu tempat berbisik dua orang tanpa dengan kawan
yang satunya.”
(HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)
C.
Perintah Mentaati Ulil Amri
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(29) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيْعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي اْلأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
(النساء:59)
(29) “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan
taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kamu, maka jika kamu ber
selisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul
jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Yang demikian itu adalah yang
lebih baik dan sebaik baiknya penyelesaian.” (QS.An-Nisa:59)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(30) اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا
وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ
(30) “Dengarkanlah dan taatilah
sekalipun yang memimpin kamu seorang
budak Habsyi yang kepalanya seperti
kismis.” (HR.Al-Bukhari dari Anas bin
Malik, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:
IX/78, dan Muslim Shahih Muslim: II/130. Lafadz Al Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(31) مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ
عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ
عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي (وفى رواية لإبن
ماجة ):
وَ مَنْ أَطَاعَ اْلإِمَامَ فَقَدْ أَطَاعَنِي
وَمَنْ عَصَى اْلإِمَامَ فَقَدْ عَصَانِي
(31)
"Barangsiapa yang taat kepadaku, maka sungguh ia taat kepada Allah dan
barangsiapa yang memak siati aku maka sungguh ia telah memaksiati Allah.
Barangsiapa yang mentaati amirku maka sungguh ia telah mentaati aku dan
barangsiapa yang me maksiati amirku maka sungguh ia telah memaksiati Aku.” (HR.Al-Bukhari dari Abi
Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/77. Dalam Riwayat Ibnu
Majah): "Dan
barangsiapa yang mentaati imam maka
sungguh ia telah mentaatiku dan barang
siapa yang memaksiati imam maka sung guh
ia telah memaksiatiku.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah dalam bab Tha’atul Imam: II/201)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(32) مَنْ رَأَى
مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَكَرِهَهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا
فَيَمُوتُ إِلاَّ مَاتَ مِيتَةً
جَاهِلِيَّةً
(32)
“Barangsiapa yang melihat amirnya
melaksana kan sesuatu yang ia membencinya maka hendaklah ia bersabar,
karena sesungguhnya tidaklah sese orang itu memisahkan diri dari Al-Jama’ah
walau pun sekedar sejengkal, lalu ia mati kecuali ia mati laksana kematian
Jahiliyyah.”
(HR.Al-Bukhari
dari Ibnu Abbas, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Ad-Darimi:, Sunan Ad-Darimi: II/241)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(33) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا
هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ
وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا
تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ
فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
(33)
"Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati
seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang
Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat
bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau
bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan
berilah kepada mereka haknya, maka sesungguh nya Allah akan menanyakan apa yang
digembala kannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitab Bad’ul
Khalqi: IV/206)
D. Batas Ketaatan terhadap Ulil Amri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(34) إِنْ أُمِرَ عَلَيْكُمْ
عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجَدَّعٌ فَاسْمَعُوْا لَهُ وَأَطِيْعُوْا مَا قَادَكُمْ
بِكِتَابِ
(34) “Sekalipun kamu dipimpin oleh
seorang budak Habsyi yang rumpung
hidungnya, wajib kamu men dengar dan mentaatinya selama ia memimpin kamu dengan
Kitabullah.” (HR.Ibnu
Majah dari Ummul Hushain dalam bab Tha’atul Imam: II/201, Muslim, Shahih
Muslim: II/130, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/181 No.1706. Lafadz Ibnu
Majah)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(35) سَيَلِي أُمُورَكُمْ بَعْدِي رِجَالٌ
يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ وَيَعْمَلُونَ بِالْبِدْعَةِ وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ
عَنْ مَوَاقِيتِهَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُهُمْ كَيْفَ
أَفْعَلُ قَالَ تَسْأَلُنِي يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ كَيْفَ تَفْعَلُ لاَ طَاعَةَ
لِمَنْ عَصَى اللَّهَ
(35) “Akan memimpin kepadamu setelahku orang-orang yang mematikan
sunnah melaksanakan bid’ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Maka saya
bertanya: “Ya Rasulullah, jika aku mendapati mereka bagaimana aku harus berbuat?” Beliau bersabda:
“Kamu bertanya kepadaku wahai Ibnu Ummi
abdin tentang bagaimana kamu harus berbuat, maka tidak ada ketaatan pada
seseorang yang memaksiati Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan Ibnu
Majah dalam bab Laa Tha’ata fi Ma’shiyatillah: II/202)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(36) السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ
الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا
أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
(36) "Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam hal
yang ia sukai maupun yang dibenci
kecuali apabila diperintah dengan
maksiat. Maka jika diperintah dengan maksiat janganlah didengar dan ditaati.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu
Umar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Muslim, Shahih Muslim:
II/131, At-Tirmidzi: IV/182 No.1707. Lafadz Al-Bukhari)
E. Ulil Amri sebagai Sentral Keputusan Permasalahan Ummat
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(37) وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ
إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي اْلأَ مْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ
يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لاَتَّبَعْتُمْ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً{النساء:83}
(37)
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil
Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan
rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian
kecil saja (di antaramu).” (QS.An
Nisa:83)
F.
Kriteria Pemimpin yang Mendapat Petunjuk
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(38) وَجَعَلْنَا
مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا
يُوقِنُونَ{السجدة:24}
(38)
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika
mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.As-Sajadah:24)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(39)
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ
الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا
عَابِدِينَ{الأنبياء:73}
(39)
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk kepada perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami
lah mereka selalu menyembah.” (QS.Al-Anbiya:73)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(40) وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي اْلأَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمْ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ
خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْفَاسِقُونَ{النور:55}
(40)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-KU dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik." (QS.An-Nur:55)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(41) إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ
عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ
الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ
(41) “Sesungguhnya kamu akan berebut dalam hal kepemimpinan dan kamu
akan menyesalinya pada hari Qiyamat, maka yang paling baik adalah yang mau
menyusui (pemimpin yang menunaikan
kewajiban-kewajibannya) dan yang paling buruk adalah yang menyapihnya
(tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya).” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih
Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/79, An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/762 Lafadz
Al-Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(42) خِيَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ
تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ
وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ
وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ
بِالسَّيْفِ فَقَالَ لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ
وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا
مِنْ طَاعَةٍ
(42) “Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu sukai dan kamu suka kepada mereka, mereka mendoakan
kamu dan kamu mendoakan mereka. Sedang sejelek-jelek pemimpin kamu adalah
mereka yang kamu benci dan mereka benci kepada kamu, kamu melaknat mereka dan
mereka melaknat kamu. Ditanyakan: “Ya Rasulullah, apakah tidak kami penggal
mereka itu dengan pedang?” Beliau bersabda: “Tidak, selama mereka menegakkan
shalat bersama kamu, maka jika kamu melihat pemimpinmu melaksanakan sesuatu
yang kamu membencinya, maka bencilah amalannya dan janganlah kamu melepaskan
tangannya dari ketaatan.” (HR.Muslim dari Auf bin Malik, Shahih Muslim dalam Kitabul Imarah:
II/137, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi: III/324 Lafadz Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(43) مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ
اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ
تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ
بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللَّهُ تَعَالَى
(43) "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi dan tidak pula
mengangkat seorang khalifah kecuali
dijadi kan baginya dua pembantu, pembantu yang memerintahkan dengan kebaikan
dan mendorong dengan kebaikan dan
pembantu yang memerintahkan dengan keburukan dan mendorongnya untuk berbuat
keburukan tersebut. Maka orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh
Allah.” (HR.Al Bukhari dari Abi Said
Al-Khudri, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/95, An-Nasai, Sunan
An-Nasai: VII/158 Lafadz Al-Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(44) إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِاْلأَمِيْرِ خَيْرًا
جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ
وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ
نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ
(44) “Apabila Allah hendak menjadikan amir itu baik, maka Allah
memberikan pembantu yang jujur, jika amir itu lupa ia mengingatkannya, jika
amir itu ingat ia membantunya. Tetapi jika Allah hendak menjadikan amir itu
buruk, maka Allah memberikan baginya pembantu yang buruk, jika amir itu lupa
ia tidak mengingatkannya dan jika amir itu ingat ia tidak membantunya.” (HR.Abu Dawud dari Aisyah
Radhiallahu anha, Sunan Abu Dawud:III/131)
G. Larangan Meminta
Kepemimpinan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
(45) يَا عَبْدَالرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَلاَ
تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ فَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا
وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ
عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
وَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ
(45) "Ya Abdurrahman bin Samuroh, janganlah kamu meminta
kepemimpinan, maka jika kamu diberinya atas suatu permintaan, kamu akan dibebaninya, tetapi jika kamu
diberinya bukan atas permintaan mu kamu akan dibantu. Dan jika kamu telah
bersumpah atas sesuatu kemudian kamu melihat pada yang lebih baik maka
laksanakanlah yang baik itu dan tebuslah
sumpahmu.” (HR.Al-Bukhari dari Samuroh
bin Jundub, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:IX/79, Muslim, Shahih Muslim:II/133,
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:III/130 Lafadz Al Bukhari)
Abu Musa Radliallahu ‘anhu berkata:
(46) دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ قَوْمِي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ
أَمِّرْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَالَ
اْلآخَرُ مِثْلَهُ فَقَالَ إِنَّالاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلاَ
مَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ
(46) “Saya dan dua orang dari kaumku mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka salah seorang dari keduanya berkata: “Ya Rasulullah,
jadikanlah kami sebagai amir.” Dan yang lainnya pun berkata demikian. Maka
beliau bersabda: “Sesungguhnya kami tidak memberikan keamiran ini kepada
seseorang yang memintanya dan yang menginginkannya (ambisi).” (HR.Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80)
Abu Dzar Radliallahu ‘anhu
berkata:
(47) يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ
قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى
الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
(47) “Ya Rasulullah alangkah baiknya engkau memberikan kepemimpinan
kepadaku.” Beliau memukul pundakku seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar,
sesungguhnya kamu itu lemah dan kepemim pinan itu adalah amanat, di hari
Qiyamat kelak akan menjadi kesedihan dan penyesalan, kecuali orang yang
mengambil hak kepemimpinannya dan melaksanakan kewajibannya.” (HR.Muslim, Shahih Muslim
dalam Kitabul Imaroh: II/124)
H. Ancaman Membela seorang Pemimpin yang berbuat Maksiat dan
Pahala Menasehatinya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(48) إِنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ
صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي
وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ
بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ
وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ
(48) “Sesungguhnya akan ada sesudahku beberapa pemimpin, barangsiapa
yang membenarkan kedus taan mereka dan membantu kedzalimannya maka aku bukan
dari golongannya dan dia tidak akan
melewati telaga (kelak di akhirat).
Dan barang siapa yang tidak
membenarkan kedustaan mereka serta tidak menolong kedzalimannya maka dia dari golonganku dan
aku dari golongannya dan dia akan
melewati telaga (di akhirat).” (HR.An-Nasai dari Ka’ab bin Hujrah, Sunan An-Nasai dalam Bab Dzikrul
Wa’ied liman a’ana amiron ‘aladz dzulmi: VII/160)
Thoriq bin Shihab Radliallahu ‘anhu berkata:
(49) أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ
الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
(49)
“Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau dalam keadaan sedang
meletakkan kaki pada kendaraan nya: “Jihad manakah yang paling utama?” beliau
menjawab: “Perkataan yang benar dihadapan pemimpin yang lacur.” (HR.An-Nasai, Sunan
An-Nasai:VII/161)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(50) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا
وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ
وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
(50) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan
benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho
kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memper ibadati-Nya dan janganlah
mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu ber pegang teguh
dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berfirqoh-firqoh, 3).
Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam
urusanmu. Dan Allah membenci
kepadamu 3 perkara; 1). Dikata kan menga
takan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2).
Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).”
(HR.Ahmad
dari Abi Hurairah, Musnad Abi Hurairah dan
Muslim, II/61)
I. Larangan
Menyerahkan Kepemimpinan kepada seorang Wanita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(51) لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ
وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
(51)
“Suatu kaum tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika mereka menyerahkan
kepemimpi nannya kepada seorang wanita.” (HR. Al-Bukhari dari Abi Bakrah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan:
IX/70)
J. Ancaman terhadap
Pemimpin yang Khianat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(52) مَا مِنْ وَالٍ يَلِي
رَعِيَّةً مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلاَّ حَرَّمَ
اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
(52)
“Tidaklah dari seorang pemimpin yang menggem bala kaum muslimin, lalu ia mati
dalam keadaan menipu (curang) kepada mereka, kecuali Allah akan mengharamkan
syurga baginya.” (HR.
Al Bukhari dari Ma’qil bin Yasar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80,
Muslim, Shahih Muslim II/125. Lafadz Al-Bukhari).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(53) إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ
إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
(53) “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah kelak pada
hari kiyamat dan yang paling dekat tempat duduknya adalah imam yang adil dan
manusia yang paling dibenci oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan paling jauh
tempat duduknya adalah imam yang dzalim.” (HR.At-Tirmidzi dari Abi Said, Sunan At-Tirmidzi
dalam Kitabul Ahkam: II/617 No.1329)
K. Pahala bagi Imaam
yang Adil
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(54) سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي
ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ
تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ
دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّىلاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا
تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(54)
“Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaungi mereka pada hari tidak ada
naungan kecuali naungan Allah, yaitu: Imam yang adil, pemuda yang rajin
beribadat, orang yang hatinya selalu bergantung pada masjid, dua orang yang
saling kasih sayang karena Allah keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena
Allah, orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsa wan dan cantik
maka menolak dan berkata: ”Saya takut kepada Allah,” orang yang sedekah dengan
sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak menge tahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya dan orang yang berdzikir kepada Allah pada
saat-saat yang sepi hingga mencucurkan air mata.” (HR. Al-Bukhari dari Abu
Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitabuz Zakah: II/138, Muslim, Shahih Muslim
I/412)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(55) ثَلاَثَةٌلاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ
حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا
اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ
الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
(55)
“Tiga orang yang tidak ditolak do’anya yaitu: Orang yang shaum ketika berbuka,
imam yang adil dan do’anya orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat
permohonannya di atas mega dan dibukakan baginya pintu langit. Tuhan berfirman:
"Demi Keagungan-KU niscaya aku akan menolong sekalipun setelah beberapa
waktu.” (HR. At-Tir midzi dari Abu
Hurairah, Sunan At-Tirmidzi no: 3592)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(56) إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ
وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ
مِنْهُ
(56) “Imam itu adalah pelindung (tameng), maka seseorang itu berperang
dan mempertahankan diri di belakangnya. Kalau ia memerintahkan bertaqwa kepada
Allah ‘Azza wa Jalla dan bersikap adil, niscaya dia mendapatkan pahala
kerenanya, tetapi jika dia memerintahkan dengan selain itu, maka dia akan
mendapat dosa karenanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim
dalam Kitabul Imaroh: II/132)
L. Pertanggung jawaban Seorang Pemimpin
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(57) أَلاَ كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَاْلإِمَامُ الَّذِي عَلَى
النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ
رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
(57)
“Ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemim pinan nya,
maka Imaam yang
memimpin manusia adalah
pemimpin akan ditanya tentang
kepemimpi nannya, dan seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas
keluarga rumah tangganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan
perem puan (isteri) adalah pemimpin atas harta suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang kepe
mimpinannya, dan seorang hamba sahaya
adalah pemimpin atas harta tuannya dan
akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Ketahuilah maka setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang
kepemimpinannya.” (HR.Al
Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari
dalam Kitabul Ahkam: IX/77, Muslim, Shahih Muslim:II/125, Abu Dawud,
Sunan Abu Dawud:II/130 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/180. Lafadz Al-Bukhari)
M.
Profesionalisme Pemberian Amanat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(58) إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ
اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
(58)
“Apabila amanat itu disia-siakan maka tunggulah kehancurannya, seseorang
bertanya:” Ya Rasu lullah, bagaimanakah penyia-nyiaanya?” Beliau bersabda:
“Apabila sesuatu urusan diberi kan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kerusakannya.”
(HR. Al-Bukhari
dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabud Da’wat: VIII/129)