Kamis, Mei 31, 2012

RIWAYAT DITETAPINYA KEMBALI JAMA'AH MUSLIMIN (HIZBULLAH) – KHILAAFAH 'ALAA MINHAAJIN NUBUWWAH (I)

---Tulisan Utama dari Buletin Al-Jama'ah , edisi 31 Dzulqo'dah/Dzulhijjah 1430 oleh (Ridwan Syah/YM/ 1430)

قال الله تعالى فى القران الكريم: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ. (فَلْزَمْ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ). عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَاْلفُرْقَةِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ اْلوَاحِدِ وَهُوَمِنَ اْلإِ ثْنَيْنِ أَبْعَدُ، مَنْ أَرَادَ بُحْبُحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ. اَنَا اَمَرَكُمْ بِخَمْسٍ الله ُاَمَرَنِيْ بِهِنَّ: بِالْجَمَاعَةِ وَبِالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَالْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ. فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ الْجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلاَّ أَنْ يَرْجِعَ. اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَاْلفُرْقَةٌ عَذَابٌ.

اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Alhamdulillaahi Robbil 'alamiin, pada Hari Raya Iedul Adha, 10 Dzulhijjah 1372 H, 58 tahun yang lalu, dengan taqdir dan idzin ALLAH Subhanahu wa Ta'ala semata-mata, Jama'ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wujud Khilafah 'Alaa Min-haajin Nubuwwah dimaklumkan di Jakarta Raya, Indonesia, dan disiarkan ke Dunia Islam. Tujuh bulan sebelum pemakluman itu Jama'ah Muslimin ini telah diwujudkan kembali, ditandai dengan pembai'atan Imam dan makmum di Jakarta pada hari Jum'at pagi, 8 Rabiul Akhir 1372 H. (23 Januari 1953 M.) setelah dirintis pada masa akhir penjajahan Belanda di Indonesia dalam situasi Perang Dunia II.

Ditetapi kembali Al Jama'ah ini adalah suatu karunia ALLAH, dalam memenuhi panggilan suci, panggilan ALLAH dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepada orang-orang beriman untuk hidup ber-Jama'ah, antara lain difirman-kan ALLAH dan disabdakan Rasul-Nya seperti tersebut di atas, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada ALLAH sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan kamu sebagai Muslimin. Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada Tali ALLAH (Al-Qur'an: Islam) dengan ber-Jama'ah, dan janganlah kamu berpecah belah (berfirqah-firqah) ; dan ingatlah akan ni`mat ALLAH kepada kamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka ALLAH mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat ALLAH orang-orang yang bersaudara; dan kamu (sebelumnya) telah berada di tepi jurang Neraka, lalu ALLAH menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Al-Qur'an, surah Ali Imran, ayat 102-103).

Dan bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam:

"Tetaplah kamu berada dalam Jama'ah Muslimin dan Imaam mereka." (Hadits Riwayat Al-Bukhori: juz 44 halaman 225; Muslim: juz 2 halaman 134-135; Ibnu Majah: juz 4 halaman 1317 no. 3972).

"Wajib atas kamu sekalian ber-Jama'ah dan jauhilah perpecahan (menyendiri), karena sesungguhnya syaithon bersama orang yang menyendiri dan dia menjauhkan diri dari dua orang. Barangsiapa hendak bertempat tinggal di Jannah, maka hendaklah dia menetapi Al Jama'ah. (Hadits Riwayat Tirmidzi dari 'Umar: Sunan At-Tirmidzi: Jamiush Shahih, Kitabul Fitan, Bab Ma Ja-a Luzumil Jama'ah, juz 4: 465-466, no.3091).

"Aku perintahkan kepada kamu sekalian dengan lima perkara, sebagaimana ALLAH memerintahkan kepadaku dengan lima perkara itu, dengan ber-Jama'ah, Mendengar, Tho'at, Hijrah, dan Jihad fi-Sabilillah. Sesungguhnya barangsiapa keluar dari Jama'ah sekedar sejengkal, maka sebenarnya ia telah menarik ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali (taubat)." (Hadits Riwayat Ahmad: Juz 4 halaman 202).

Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: "Al-Jama'ah itu rahmat dan firqah itu azab."(Hadits Riwayat Ahmad: Juz 4 halaman 375).

Adapun kalimat Hizbullah dalam tanda kurung itu adalah nama sifat, ciri dan sikap Jama'ah Muslimin tersebut, sebagaimana Firman ALLAH:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ. وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

.

"Pimpinan kamu hanyalah ALLAH dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengerjakan Sholat dan mengeluarkan Zakat, dan mereka adalah orang-orang yang ruku'. Dan barang siapa yang mengambil ALLAH dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi pemimpin, maka sesungguhnya itulah Hizbullah, merekalah orang-orang yang menang." (Al Qur'an, surah Al Maidah : 55, 56).

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

.

"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada ALLAH dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang ALLAH dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang ALLAH telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasuk-kan-Nya mereka ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. ALLAH ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada ALLAH. Mereka itulah Hizbullah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Hizbullah itulah yang menang". (Al-Qur'an, Surah Al-Mujadalah, ayat 22).

Jama'ah Muslimin adalah wadah yang disediakan oleh ALLAH bagi Muslimin untuk bermasyarakat Wahyu, bermasyarakat Islam dalam beribadah kepada ALLAH menurut contoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Karenanya, Jama'ah Muslimin (Hizbullah) bukan suatu organisasi ciptaan atau karya akal pikiran manusia, bukan perserikatan, bukan sekte, bukan hizbiyah, bukan partai dan sebutan-sebutan lain yang dibuat oleh manusia. Tetapi Jama'ah Muslimin itu adalah ciptaan ALLAH, yang diwujudkan pelaksanaannya oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersama para shahabat dan kaum Muslimin dahulu.


Jama'ah Muslimin yang berpihak kepada ALLAH (Hizbullah) lahir dari kandungan Islam untuk segenap kaum Muslimin, berjuang karena ALLAH, dengan ALLAH, untuk ALLAH, bersama-sama kaum Muslimin menuju Mardlatillah, ridho ALLAH.

Jama'ah Muslimin telah diwujudkan dan diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan para shahabat beliau, kemudian dilanjutkan oleh para khalifah Rasyidin Al-Mahdiyyin. Kemudian Jama'ah Muslimin tenggelam pada masa Mulkan 'Adhon dan Mulkan Jabariyah. Selanjutnya Jama'ah Muslimin sebagai wujud Khilafah 'Alaa Minhaajin Nubuwwah diwujudkan dan dimaklumkan pada Hari Nahar 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M) sekaligus mengisi kevakuman kepemimpinan Dunia Islam setelah berakhirnya kepemimpinan Muslimin di bawah Mulkan Utsmaniyah di Turki yang sering disebut Khilafah Utsmaniyah dalam bentuk Mulkan. (1922-1924 M).

Jama'ah Muslimin (Hizbullah) terus tegak di tengah-tengah antara lain-lain golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat ma'ruf dan menolak kemungkaran sejak 1372 H. hingga kini dan Insya ALLAH seterusnya sampai ALLAH menentukan keberadaannya. Tiada daya dan kekuatan apapun kecuali hanya dengan izin ALLAH Subhanahu wa Ta'ala. ALLAHU AKBAR ! ***

P E R I N T I S A N

Ditetapinya kembali Jama'ah Muslimin yang berpihak kepada ALLAH (Hizbullah) yang menjadikan ALLAH dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam sebagai pimpinan, bukanlah dengan serta merta, tetapi melalui proses yang panjang, pendalaman dan penghayatan wajibnya Jama'ah/khilafah itu ditegakkan.
Usaha merealisasikan firman ALLAH Ta'ala dan Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang antara lain tersebut di atas dalam bermasyarakat Islam sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits itu, mulai dirintis menjelang sakratal mautnya penjajahan kolonial Hindia Belanda di Indonesia (1940-1941) ketika terjadinya Perang Dunia II (1939-1945) antara Jerman, Italia dan Jepang versus Inggris, Perancis dan Amerika Serikat (Sekutu).
Dalam Perang Dunia itu, pada bulan Mei 1940 M, Jerman menyerbu dan menduduki Nederland (Belanda) dan Belgia, setelah April sebelumnya menduduki Denmark dan Norwegia. Pada waktu itu, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di negeri jajahannya di Indonesia menciut hatinya, penuh ketakutan, setelah pemerintah pusatnya hidup di pengasingan di Inggris, menjadi pemerintah pelarian.
Di Indonesia, Pemerintah Penjajah Hindia Belanda yang reaksioner itu melarang semua kegiatan berkumpul dan bersuara, karena dalam keadaan darurat perang menghadapi serbuan Dai Nippon (Jepang), apalagi Skwadron-skwadron tempur negara penyembah matahari itu menghancurkan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor (8 Desember 1941).
Pemerintah Kolonial Belanda berwajah rahwana yang menghisab dan menjajah Indonesia selama 350 tahun tidak memiliki harapan lagi untuk dapat menangkis serangan dari luar. Sedang rakyat Indonesia, yang mayoritas Ummat Islam, 3-1/2 abad hidup di bawah kezaliman Penjajah Nasrani Belanda yang melakukan kristenisasi sebagai alat penunjang penjajahan, tidak sudi membela Belanda, dan berharap kemerdekaan Indonesia melalui perjuangan.
Dalam kancah Perang Dunia II, pada saat-saat akhir sejarah Kolonial Belanda di Indonesia itulah Wali Al-Fattaah, Hadimus-Sunnah (ahli hadits) Syaikh Mohammad Ma'sum, Ustadz Mohammad Djauzi (penerjemah Al-Qur'anul Karim ke dalam bahasa Jawa), Ustadz Soebadi dan Mohammad Ma'sum, seorang awam biasa tetapi sangat gigih dalam perjuangan untuk Agama Islam dan Ustadz Abdul Djabar (Direktur Madrasah Muallimin wal Fajri di Karangkajen, Yogyakarta), mengadakan pertemuan silaturrahim di kediaman Ustadz Abdul Djabar di Karangkajen.
Wali Al-Fattaah menginginkan suatu sistem penyatuan Muslimin menurut Islam. Menurutnya kalau hanya berdasarkan pendapat-pendapat saja, Muslimin tidak akan bersatu. Hal ini telah dialaminya (1930-1934) dalam pergerakan politik Islam dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) sejak masa kepemimpinan Haji Umar Said Tjokroaminoto dan Partai Islam Indonesia (PARII/PII – 1935-1941). Syaikh Muhammad Ma'sum, seorang alim yang aktif dalam PSII, dan boleh dikata menjadi guru Wali Al Fattaah, menyampaikan kalimat HIZBULLAH yang termaktub di dalam Al-Qur'an, Surah Al-Maidah ayat 55-56 dan Al-Mujadalah ayat 22, yang menegaskan bahwa pimpinan bagi orang-orang beriman itu adalah ALLAH dan Rasul-Nya, dan mereka adalah Hizbullah.
Dalam musyawarah itu mereka sepakat untuk mewujudkan Hizbullah yang maknanya terkandung dalam ayat tersebut, yaitu menjadikan ALLAH Rasul-Nya sebagai pimpinan yang wajib ditha'ati dengan segenap keikhlasan hati, dan berjuang di jalan ALLAH. Sejak saat itu mereka menyebut dirinya sebagai Hizbullah.
Dalam pada itu, balatentara Dai Nippon (Jepang) dengan semboyan Perang Asia Timur Raya, melalui perang kilat, menguasai Filipina, Malaya (Malaysia termasuk Singapura di dalamnya sebelum berpisah), kepulauan Pasifik dan seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Inggris melarikan diri dari Malaya, dan Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang (Maret 1942).
Bangsa Indonesia yang mayoritas Ummat Islam, bersyukur enyahnya penjajah Kolonial Belanda dan kemerdekaan pun sudah terbayang. Kekalahan Belanda itu disambut hangat di seluruh Indonesia.

CATATAN SEJARAH

Sebagai suatu catatan sejarah, perlu diungkap, bahwa bangsa Indonesia sangat menderita di bawah penjajahan Kristen Belanda selama 3-1/2 abad, dimulai zaman V.O.C. (De Generale Nederlandsche Geoctrooide Oost Indische Compagnie/1602-1799), gabungan perusahaan2 dagang Belanda, yang diwajibkan Pemerintah Kerajaan Belanda (Nederland) di Den Haag menyebarkan agama Kristen (mulai 1602 M) di Hindia Belanda (Indonesia).


Belanda mulai menguasai Indonesia setelah mengalahkan Pangeran Achmad Djakarta, wakil raja Banten yang memerintah Sunda kelapa (Jakarta) pada masa gubernur jenderal Belanda Pieter Both 1609-16140 dan Jan Pieterszoon Coen (1617-23 dan 1627-29) dan mengubah nama kota Jayakarta (Jakarta) menjadi Batavia (Bataaf atau Batavier), nama nenek moyang Belanda, menjadi pusat Pemerintahan Hindia Belanda (1619).
Penduduk pribumi menyebut Batavia dengan Betawi, dan V.O.C. dengan sebutan "kumpeni". Istilah kumpeni kemudian diartikan militer, ialah tentara kolonial Hindia Belanda; masuk kumpeni berarti masuk menjadi serdadu tentara kolonial.
Dalam penyebaran agama Kristen, VOC di bawah pimpinan Gubernur Jenderal, yang menjalankan pemerintahan umum atas nama Ratu Belanda, meniru Portugis dan Spanyol yang menyebarkan agama Kristen Katholik, yaitu secara paksa di Indonesia. Menjelang abad ke-16, orang-orang Spanyol sengaja datang ke berbagai pelosok dunia antara lain untuk memerangi Islam dan menggantikannya dengan agama Kristen. Ekspansi Portugis ini harus dilihat sebagai kelanjutan dari Perang Salib. Pada 1661, VOC melarang Ummat Islam melaksanakan ibadah haji. (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (PIHB). 16-17).
Semasa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) yang sangat kejam, banyak korban jiwa manusia dalam kerja paksa (rodi) tanam kopi dan kerja paksa membuat jalan dari Anyer (Banten) ke Panarukan (Jawa Timur) untuk keperluan militer penjajah Belanda. Selain itu, Belanda juga memaksa penduduk bekerja di perkebunan2 kopi, karet, kelapa sawit dll. baik di Indonesia maupun tanah jajahan Belanda lainnya di Guiana Belanda (Suriname). (AK.Pringgodigdo, Enskilopedi Umum (EU). 1061).
Belanda dapat menjajah Indonesia selama 350 tahun antara lain karena penduduk tidak bersatu menolak penjajahan. Kerajaan-kerajaan dan kesultann-kesultanan yang ada masing-masing berdiri sendiri-sendiri, sehingga mudah bagi Belanda mengalahkannya. Dari sulthan-sulthan yang berhasil dibujuk atau dipaksa itulah Belanda mendapatkan hak pemakaian tanah atau merampas dan menguasainya. Sebagian ada yang mengadakan perlawanan, tetapi tidak cukup kuat menolak penjajahan.
Seperti Portugis yang menerapkan politik divide et empera, memecah belah persatuan penduduk untuk menguasai mereka, Belanda juga menerapkan politik pecah belah itu dengan cara mengadu domba bangsa Indonesia hingga lemah, dan menguasainya. Dengan tipu muslihat yang licik Belanda melumpuhkan kekuatan perlawanan kaum Muslimin, seperti Taruno Joyo di Mataram, Imam Bonjol di Minangkabau, Teuku Umar, Panglima Polem, Tjik Ditiro, Tjut Nyak Din di Aceh, Pangeran Diponegoro dan Kyai Mojo di Jawa Tengah, dll. Belanda membuat perangkap perundingan damai, mengundang pemimpin-pemimpin Muslim itu dengan bermuka ramah, kemudian menangkap dan membuang mereka di pengasingan hingga menemui ajalnya.
Untuk menunjang perluasan penjajahan, Belanda menyebarkan agama Kristen secara paksa terhadap penduduk dengan mendirikan Zending-zending Kristen yang dianggap sebagai faktor penting bagi proses penjajahan, bahkan "perluasan kolonial dan ekspansi agama Kristen merupakan gejala simbiose yang saling menunjang" (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (PIHB).18).
Kristenisasi besar-besaran dilakukan terhadap pribumi antara lain seperti di Tapanuli Utara dan Tanah Karo (Nederlandsch Bijbel Cenootschap memasukkan Dr H.M. van der Tuuk (1853 M), Dr. Nommensen (7 Nopember 1863). Demikian juga di Pulau Jawa dan Maluku Selatan. (Portugis lebih dulu menggarap Maluku dengan memaksa penduduk memeluk Kristen Katholik dan mendirikan benteng (1522). Tetapi Kesultanan Ternate (abad ke-15-17) berhasil mengenyahkan Portugis dari Maluku (1574) dan memusnahkan pusat-pusat Kristen (EU.1097) pada masa Sultan Hairun dan Babullah. Sisa-sisa pasukan Portugis lari ke Timor Timur, menjajah dan memaksa penduduk menganut Kristen Katholik. Dengan masuknya pribumi ke dalam agama Kristen, baik Katholik yang disiarkan Spanyol dan Portugis, maupun Protestan, para penjajah ini mendapat dukungan. Penduduk yang telah menganut Kristen, apakah itu Katholik atau Protestan, tidak melakukan perlawanan terhadap para penjajah di Indonesia, bahkan sebaliknya mendukung Zending-zending yang sangat giat dalam mengkristenkan orang-orang di Indonesia pada waktu itu a.l. Zending van de Gereformeerde Kerken in Nederland onder Mohammadanen en Heldenen, giat di Jawa, Sumba dan Sulawesi Selatan terhadap orang-orang Islam dan orang-orang kufur. Zending van de Christelijke Gere-formeerde Kerk, giat di Mamasa dan Meulaboh. Nederlandsch Zendings Vereniging, penyebar Injil Belanda, giat di Jawa dan Sulawesi. (EU.737.1189). Selain Kristen Protestan, juga berkembang Katholik Roma di Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (Flores dan Timor), Sulawesi Utara, Sumatera Utara dan Irian Barat (Papua).(EU.369). Pimpinan tertingginya Paus di Vatikan, Roma, Italia. Belanda melahirkan orang-orang pilihan mempelajari Islam untuk memerangi perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh para alim dan pemimpin Islam Indonesia. Di antaranya paling terkenal Prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje. Setelah sekolah Teologi dan fakultas bahasa Arab dengan gelar doktor, dengan nama samaran Abdul Gaffar, ia pergi ke Jeddah dan Mekkah memahirkan bahasa Arab, melakukan penelitian, mendiskusikan masalah hukum Islam dengan sarjana-sarjana Arab, mempelajari kehidupan sehari-hari orang Arab, dll. (1884-1885). Pengetahuan Snouck Hurgronje itu kemudian digunakan sebagai landasan politik pemerintah Hindia Belanda menindas pergerakan kemerdekaan Indonesa yang sebagian berdasarkan ajaran Islam, seperti Perang Aceh dan Sarekat Islam. (EU.1-2). Snouck Hurgronje sering pergi-pulang Batavia (Jakarta)-Kutaraja (Banda Aceh), terakhir 1898-1903 dan membantu Van Heutsz menaklukkan Aceh. Jabatannya: Peneliti masalah Islam di Aceh dan Jawa; Penasehat Bahasa-bahasa Timur dan Hukum Islam (diangkat 15 Maret 1891), Penasehat Urusan Pribumi dan Arab (mulai 11 Januari 1899), Guru besar Universitas Leiden (mulai 23 Januari 1907), merangkap Penasehat Menteri Jajahan. Ia wafat pada Juli 1936 dalam usia 79 tahun. (PIHB.115,116)
Selain itu, Belanda mendapat dukungan dari para penghianat (yang ada dalam setiap zaman) dalam perjuangan para pemimpin Ummat Islam mengusir penjajah. Penghianat-penghianat ini memiliki watak yang sama dengan Munafiq. Dalam sejarah bangsa Indonesia, tidak sedikit orang menjadi penghianat bangsa dan agama, sebagai mata-mata dan menjadi tentara Belanda untuk memerangi bangsa Indonesia. ***

Usaha Penyatuan Muslimin dan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia

Usaha Penyatuan Muslimin dan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh Ummat Islam melalui organisasi massa dimulai dengan berdirinya Central Sarekat Islam (C.S.I.) di Surabaya di bawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Cokroaminoto). Tujuan perjuangannya adalah menegakkan Agama Islam dan memerdekakan Indonesia dari penjajahan Kolonial Hindia Belanda. Sebelumnya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), pertama di Betawi (Jakarta sekarang/1909), kedua di Bogor (1911), keduanya didirikan atas kegiatan wartawan Tirtoadi Suryo, ketiga di Solo (akhir 1911) oleh Haji Samanhudi. Kemudian pada 10 September 1912 menjadi Sarekat Islam (S.I.), dan menjadi C.S.I. (1915).


Sarekat Islam berubah menjadi satu-satunya partai politik dengan tujuan mempersatukan Ummat Islam penduduk asli Indonesia menjadi satu bangsa yang merdeka. Sarekat Islam ini memperhatikan dan memperjuangkan nasib orang-orang miskin yang menjadi bagian besar dari orang Indonesia, anti imprialisme, anti kolonialisme, anti feodalisme dan anti komunisme.
Dalam perjuangan itu, Sarekat Islam pernah diselusupi oleh Komunis yang digerakkan oleh orang-orang asing, yakni orang-orang Belanda dipimpin oleh tokoh komunis internasional H.J.F.M. Sneevliet. Ia mendirikan dan memimpin Indische Sociaal Democratische Veree-niging (ISDV) di Surabaya (9 Mei 1914). Anggotanya kebanyakan orang-orang Belanda yang menganut Marxisme, ajaran komunis Karl Marx (seorang Yahudi). Sneevliet dengan ISDVnya mempelopori berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI). Sneevliet merebut hati sejumlah pemuda Indonesia dan mendidik mereka dalam ajaran Marx. Di antara pemuda-pemuda itu terdapat Semaun, Tan Malaka dan Darsono yang kemudian menjadi anggota (menyelusup ke) Sarekat Islam (Rosihan Anwar, Pergerakan Islam dan Kebangsaa Indonesia : 33). Kemudian Semaun menjadi ketua S.I. lokal dan ketua PKI Semarang. Tetapi Sarekat Islam melakukan pembersihan (Oktober 1921) dengan mengusir orang-orang komunis itu dari Sarekat Islam. Kongres yang berikutnya (Agustus 1924) di Surabaya memutuskan Sarekat Islam akan giat menentang Komunis (EU.977).

Kongres Al Islam

Di bawah pimpinan Tjokroaminoto,Sarekat Islam melakukan usaha-usaha penyatuan Muslimin ditandai oleh diadakannya Kongres Al-Islam (pertama di Cirebon, November 1922) atas prakarsa Sarekat Islam bekerja sama dengan Muhammadiyah (didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta, November 1912) dengan maksud untuk menyatukan Ummat Islam dan kerjasama antara semua Muslimin. Kongres Al Islam ini adalah suatu gagasan Pan Islamisme hendak meluaskan hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri. Pengurus Besar Muhammadiyah membentuk sebuah badan tetap: Komite Kongres Al-Islam. Diambil keputusan untuk ikut serta dalam menyelesaikan soal Khilafah, yang menyangkut seluruh ummat Islam. Dan Sarekat Islam kemudian berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (P.S.I.) dalam Kongres Nasional S.I. di Madiun (Februari 1923). Kongres luar biasa di Surabaya (Desember 1924) membicarakan pengiriman perutusan Indonesia ke Kongres Khilafah yang akan diadakan di Kairo pada bulan Maret 1925 (yang kemudian ternyata dibatalkan).


Dalam bulan Agustus 1925 diadakan kongres bersama Sarekat Islam-Kongres Al Islam di Yogyakarta. Tjokroaminoto (Sarekat Islam) dan K.H.M. Mansur (Muhammadiyah) ditunjuk sebagai utusan Komite Kongres Al Islam untuk menghadiri Kongres Islam Sedunia yang akan diadakan pada 1 Juni 1926 di Makkah atas prakarsa Raja Ibnu Saud. Soal pemerintahan di Mekah dan Medinah akan menjadi acara. Sebutan Kongres Al Islam diganti dengan Kongres Islam Sedunia cabang Hindia Timur atau Muktamar Al Islam Al Islami Faral Hind Asyardaqiyah (MAIHS).

Kemelut di Hejaz (Hijaz)

Sementara itu di Jazirah Arabia, khususnya di Tanah Hijaz, dimana terletak Tanah Suci Makkah, telah ter-jadi perubahan. Ibnu Saud (Abdul Aziz ibn Saud/lk.1880-1953) merebut Hijaz, termasuk Jeddah dan Madinah dari tangan Raja Hijaz Syarif Husein dalam pertempuran berdarah tahun 1924-1925.


Sebelumnya Raja Nejed Ibnu Saud dan Raja Hijaz Syarif Husein atas bujukan Inggris melalui Kolonel Thomas Edward (TE) Laurence, memberontak terhadap Khilafat Mulkan Utsmani Turki. Kerajaan Inggris Raya yang menganut Kristen Anglican waktu itu terlibat dalam Perang Dunia I (1914-1918) melawan Utsmaniyah (Turki), tetapi tidak mudah mengalahkannya. Untuk itu Inggris membujuk ke dua raja Arab itu. Kedua raja yang Islam itu mau menerima bujukan Inggris yang Kristen. Inggris sangat gembira dapat menarik dua raja Arab yang Islam dan memberikan dukungan senjata. Dua raja yang Islam itu juga mau diperbudak Inggris yang Kristen yang memusuhi Islam dan memerangi Muslimin dalam Perang Salib (1096-1291). Inggris memberi tugas kepada Ibnu Saud memerangi Ibnu Rasyid di Arab Tengah, karena Ibnu Rasyid membantu Utsmaniyah. Syarif Husein diberi tugas memerangi Utsmaniyah di Hijaz. Sementara kaum Wahabi (pengikut Muhammad Abdul Wahab yang mendukung Ibnu Saud karena ingin menghancurkan hurafat dan bid'ah di Makkah) kurang suka di bawah kekuasaan Emir (Syarif) Husein yang ingin merajai seluruh Arab. Akibatnya kedua sekutu Inggris itu sering bentrok senjata pula. (MM.29). Kolonel Laurence (dan anak buahnya) bersama pasukan Arab (Syarif Husein) membongkar rel kereta api yang Istambul-Hijaz, dan menewaskan banyak tentara Utsmani. Inggris mengalahkan Utsmaniyah di Hijaz atas bantuan Raja Ibnu Saud dan Syarif Husein.
Inggris bergerak cepat dengan dukungan batalyon Yahudi Amerika dipimpin David Ben Gurion dan Eropa serta dukungan Arab, mengalahkan Utsmaniyah dan menduduki Baghdad dan Yerusalem (1917) di bawah koman-do Jenderal Allenby (Soebagjo IN, K.H. Mas Mansur (MM), Pembaharu Islam di Indonesia: 29-30; Hamka, Ayahku (A): 151; EU.832; EP.62)
Setelah pasukan Utsmani kalah di Hijaz, dan Syarif Husein berkuasa penuh menjadi raja Hijaz, maka Ibnu Saud dengan bantuan kaum Wahabi memerangi Syarif Husein dan merebut Hijaz (1925). Raja Nejed Ibnu Saud pun menobatkan diri menjadi Raja Hijaz. Ketika Hijaz jatuh ke tangannya, Ibnu Saud mengundang para pemuka Muslim untuk menghadiri Kongres Islam Sedunia itu. Undangan dikirim sebelum Ibnu Saud merebut Jeddah dari tangan Raja Ali, putra dan pengganti Syarif Husein.