BAB III
B A I ’ A T
A.
Ta’rif
Bai’at
menurut bahasa adalah “janji” (Muhithul Muhith:I/64). Adapun
menurut istilah adalah “Mengi kat janji atas sesuatu seraya
berjabatan tangan sebagai tanda kesempurnaan perjanjian tersebut dan keikhla
sannya. Bai’at pada periode pertama Islam yang ketika itu mereka membai’at
khalifah dengan memegang tangan orang yang mereka serahi kekhilafahan, sebagai
tanda penerimaan mereka kepadanya dan sebagai janji untuk mentaatinya dan
menerima kepemimpinannya.” (Muhithul Muhith I/64)
B. Pahala Melaksanakan Bai’at dan Menepatinya
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(59) إِنَّ
الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ
أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا
عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا {الفتح:10}
(59) "Sesungguhnya
orang-orang yang berbai’at kepadamu sesungguhnya mereka berbaiat kepada Allah,
tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang mengingkari
bai’atnya niscaya akibat pelanggarannya akan menimpa dirinya sendiri dan
barangsiapa yang menepati bai’atnya, maka Allah akan memberikan pahala yang
besar.” (QS.Al Fath:10)
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(60) إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمْ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ
واْلإِنْجِيْلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنْ اللَّهِ
فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمْ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ{التوبة :111}
(60) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang orang mu’min
diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka ber perang
pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi ) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janji nya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Tau bah:111)
C. Ancaman tidak Berbai’at dan Mengkhianati Bai’atnya
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(61) مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ
بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
(61) "Barangsiapa melepas
tangan dari taat akan bertemu dengan Allah pada hari kiyamat dengan tidak punya
alasan. Dan barangsiapa mati sedang tidak ada ikatan bai’at pada lehernya maka
ia mati seperti matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar, Shahih Muslim
dalam Kitabul Imaroh: II/136)
Yang
dimaksud “seperti mati Jahiliyah” adalah kematian dalam kesesatan, perpecahan dan tidak
mempunyai imam yang ditaati. (Hamisy Shahih Muslim II/136)
D. Berbai’at karena
Dunia
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(62) ثَلاَثَةٌلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ
مَاءٍ بِالطَّرِيقِ يَمْنَعُ مِنْهُ ابْنَ السَّبِيلِ وَرَجُلٌ بَايَعَ
إِمَامًالاَ يُبَايِعُهُ إلاَّ لِدُنْيَاهُ إِنْ أَعْطَاهُ مَا يُرِيدُ وَفَى لَهُ
وَإِلاَّ لَمْ يَفِ لَهُ وَرَجُلٌ يُبَايِعُ رَجُلاً بِسِلْعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
فَحَلَفَ بِاللَّهِ لَقَدْ أُعْطِيَ بِهَا كَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُ فَأَخَذَهَا
وَلَمْ يُعْطَ بِهَا
(62) "Tiga macam orang
yang Allah tidak akan berkata kata kepada mereka pada hari kiyamat dan tidak
akan membersihkan (memaafkan), dan bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka itu adalah: 1) Orang yang mempunyai
kelebihan air di tengah jalan tetapi menolak permintaan orang yang dalam
keadaan bepergian, 2) Orang yang berbai’at pada seorang imam, tetapi tidaklah
ia berbai’at kecuali karena dunia, jika diberi menepati bai’atnya dan jika
tidak diberi (ditolak tuntutannya) ia tidak menepatinya, 3) Orang yang menjual
barang pada orang lain setelah ‘Ashar dan bersumpah dengan nama Allah, sungguh
akan diberikan dengan ketentuan begini dan begini, lalu ia membenar kannya dan
hendak mengambilnya, tetapi ia tidak memberikannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu
Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/99, Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah II/204, At-Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi IV/128 No: 1595. Lafadz
Al-Bukhari)
E. Kewajiban Menepati Bai’at
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(63) يَاأَيُّهَا
النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ
بِاللَّهِ شَيْئًا وَلاَ يَسْرِقْنَ وَلاَ يَزْنِينَ وَلاَ يَقْتُلْنَ
أَوْلاَدَهُنَّ وَلاَ يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ
وَأَرْجُلِهِنَّ وَلاَ يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ{الممتحنة:12}
(63) “Hai Nabi, apabila datang
kepadamu perempuan perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa
mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak anaknya, tidak akan berdusta yang
mereka ada adakan antara tangan dan kaki mereka
dan tidak akan mendurhakaimu dengan urusan yang baik, maka terimalah
janji setia mereka dan mohon kanlah ampunan kepada Allah untuk mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al-Mumtahanah:12)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(64) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ
الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ
بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا
بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ
سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
(64) “Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap
meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini
tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah
banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau
menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan
berikan pada mereka haknya. Maka
sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam
kepemimpinannya.” (HR.
Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204.
Lafadz Muslim)
Ubadah bin Shomit Radliallahu ‘anhu berkata:
(65) بَايَعْنَا
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ
نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّالاَ نَخَافُ فِي اللَّهِ
لَوْمَةَ لاَئِمٍ
(65) “Kami berbai’at kepada
Rasulullah Shallal lahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengar dan taat, baik dalam
keadaan semangat ataupun lemah (berat), dan untuk tidak menentang perintah
kepada ahlinya serta untuk menegakkan (kebenaran) atau berkata dengan benar di
manapun kami berada, tidak takut dalam membela agama Allah dari celaan
orang-orang yang mencelanya.” (HR. Al Bukhari dari Ubadah bin Shamit, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul
Ahkam: IX/96, Muslim, Shahih Muslim: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah
II/202, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/137-138. Lafadz Al-Bukhari)
F. Dua Orang Dibai’at
menjadi imaam dalam Satu Masa
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(66) إِذَا بُويِعَ
لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا
(66) “Apabila dibai’at dua
khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang
terakhir).” (HR. Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim
dalam Kitabul Imaroh: II/137)
G.
Cara Melaksanakan Bai’at
1).
Bagi Muslimin
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(67) وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ
يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ
يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَرِ
(67) “Dan barangsipa membai’at
imam dengan ber jabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya
semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukul lah leher
orang tersebut.” (HR.
Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh:
II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasai
VII/153-154. Lafadz Muslim)
2).
Bagi Muslimat
(68) عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ
عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْ مَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةً قَطُّ إِلاَّ أَنْ يَأْخُذَ عَلَيْهَا
فَإِذَا أَخَذَ عَلَيْهَا فَأَعْطَتْهُ قَالَ اذْهَبِي فَقَدْ بَايَعْتُكِ
(68) "Dari ‘Urwah
bahwasanya ‘Aisyah mencerita kan kepadanya tentang bai’atnya kaum wanita, ia
berkata: "Tidaklah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam menyentuh
seorang wanita (yang bukan muhrimnya) dengan tangannya sedikitpun, apabila kaum
wanita telah mengikrarkan bai’atnya, beliau menerimanya, lalu bersabda:
“Pergilah sungguh saya telah menerima bai’atmu.” (HR. Muslim, Shahih Muslim
dalam Kitabul Imaroh: II/142. Al Bukhari, Shahih Al-Bukhari IX/99, Abu Dawud,
Sunan Abu dawud II/133. Lafadz Muslim)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(69) إِنِّي لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ إِنَّمَا
قَوْلِي لِمِائَةِ امْرَأَةٍ كَقَوْلِي لاِمْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ أَوْ مِثْلُ قَوْلِي
لاِمْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ
(69) “Sesungguhnya aku tidak
berjabatan tangan dengan wanita (yang bukan muhrimnya), maka sesungguhnya ucapanku
(dalam menerima bai’at) bagi seratus wanita itu sebagaimana ucapanku bagi
seorang wanita.” (HR.
An-Nasai dari Umayyah binti Rufaiqah, Sunan An-Nasai dalam Kitabul bai’ah:
VII/149, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi IV/149 No: 1597)
H. Bai’at Anak yang Belum Baligh
Hirmasy bin Ziyad berkata:
(70) مَدَدْتُ
يَدِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا غُلاَمٌ
لِيُبَايِعَنِي فَلَمْ يُبَايِعْنِي
(70) "Saya mengulurkan
tangan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam supaya beliau mem
bai'atku, pada waktu itu saya masih kecil, maka beliau tidak membai’atku.” (HR. An-Nasai, Sunan
An-Nasai dalam Kitabul Bai’ah: VII/150)
(71) عَنْ
عَبْدِاللَّهِ بْنِ هِشَامٍ وَكَانَ قَدْ أَدْرَكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَتْ بِهِ أُمُّهُ زَيْنَبُ بِنْتُ حُمَيْدٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايِعْهُ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ صَغِيرٌ فَمَسَحَ
رَأْسَهُ وَدَعَا لَهُ وَكَانَ يُضَحِّي بِالشَّاةِ الْوَاحِدَةِ عَنْ جَمِيْعِ
أَهْلِهِ
(71) "Dari Abdullah bin
Hisyam, dia telah berjumpa dengan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Ibunya
yaitu Zainab binti Humaid pergi bersamanya untuk mendatangi Rasulullah Shallal
lahu’alaihi wa sallam, lalu ia berkata: “Ya Rasu lullah, terimalah bai’atnya.”
Maka beliau ber sabda: “Dia masih kecil,” seraya mengusap kepala nya dan
mendo’akannya, beliau menyembelih kambing satu untuk semua keluarganya.” (Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/98)
--
Wallahu A’lam bish Shawab --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar