Kamis, Juli 12, 2012

BAB II AL IMAARAH


BAB II.

IMAROH/KEPEMIMPINAN
( Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin )

A. Ta’rif

1.  Ma’na menurut Bahasa

Menurut bahasa “imam” adalah:  “Seorang pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit:I/16)
Sedang ma’na “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit:I/250)

2. Ma’na menurut Istilah

“Imaam” adalah: “Pengganti rasul yang menegak kan Ad-dien (Islam).” (Muhitul Muhit:I/16)
“Khalifah” adalah: “Imam yang tidak ada di atas nya lagi seorang imaam.” (Muhitul Muhit:I/250)
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi Khalifah.”  (Mu’jamul Washit:I/26)
Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin  adalah kalimat sinonim  (mengandung  pengertian  yang sama).

B. Perintah Mengangkat seorang Amir

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(28) لاَ يَحِلُّ أَنْ يَنْكِحَ الْمَرْأَةَ بِطَلاَقِ أُخْرَى وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِ صَاحِبِهِ حَتَّى يَذَرَهُ وَلاَ يَحِلُّ لِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ وَلاَ يَحِلُّ لِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ صَاحِبِهِمَا
(28) “Tidak halal untuk menikahi seorang wanita dengan talak orang lain, tidak halal seseorang membeli barang yang sedang dibeli oleh kawannya sehingga ia meninggalkannya, tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka  menjadi amir (pemimpin), dan tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu tempat berbisik dua orang tanpa dengan kawan yang satunya.” (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)

C. Perintah Mentaati Ulil Amri

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(29) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيْعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي اْلأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً (النساء:59)
(29) “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kamu, maka jika kamu ber selisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Yang demikian itu adalah yang lebih baik dan sebaik baiknya penyelesaian.” (QS.An-Nisa:59)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda:
(30) اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ
(30) “Dengarkanlah dan  taatilah sekalipun yang memimpin kamu  seorang budak Habsyi yang  kepalanya seperti kismis.” (HR.Al-Bukhari dari Anas bin Malik, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:  IX/78, dan Muslim Shahih Muslim: II/130. Lafadz Al Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda:
(31) مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي  (وفى رواية لإبن ماجة ): وَ مَنْ أَطَاعَ اْلإِمَامَ فَقَدْ أَطَاعَنِي  وَمَنْ  عَصَى اْلإِمَامَ  فَقَدْ عَصَانِي
(31) "Barangsiapa yang taat kepadaku, maka sungguh ia taat kepada Allah dan barangsiapa yang memak siati aku maka sungguh ia telah memaksiati Allah. Barangsiapa yang mentaati amirku maka sungguh ia telah mentaati aku dan barangsiapa yang me maksiati amirku maka sungguh ia telah memaksiati Aku.” (HR.Al-Bukhari dari Abi Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/77. Dalam Riwayat Ibnu Majah): "Dan barangsiapa  yang mentaati imam maka sungguh ia telah mentaatiku  dan barang siapa yang memaksiati  imam maka sung guh ia telah memaksiatiku.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah dalam bab Tha’atul Imam: II/201)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda:
(32) مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَكَرِهَهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ لَيْسَ  أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوتُ إِلاَّ مَاتَ  مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
(32) “Barangsiapa yang melihat amirnya  melaksana kan sesuatu yang ia membencinya maka hendaklah ia bersabar, karena sesungguhnya tidaklah sese orang itu memisahkan diri dari Al-Jama’ah walau pun sekedar sejengkal, lalu ia mati kecuali ia mati laksana kematian Jahiliyyah.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:  IX/78, Ad-Darimi:, Sunan Ad-Darimi: II/241)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:
(33) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ  نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
(33) "Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah,  apa  yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguh nya Allah akan menanyakan apa yang digembala kannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitab Bad’ul Khalqi: IV/206)


D.  Batas Ketaatan terhadap Ulil Amri


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda:
(34) إِنْ أُمِرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجَدَّعٌ فَاسْمَعُوْا لَهُ وَأَطِيْعُوْا مَا قَادَكُمْ بِكِتَابِ
(34) “Sekalipun kamu dipimpin oleh  seorang budak Habsyi yang  rumpung hidungnya, wajib kamu men dengar dan mentaatinya selama ia memimpin kamu dengan Kitabullah.” (HR.Ibnu Majah dari Ummul Hushain dalam bab Tha’atul Imam: II/201, Muslim, Shahih Muslim: II/130, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/181 No.1706. Lafadz Ibnu Majah)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(35) سَيَلِي أُمُورَكُمْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ وَيَعْمَلُونَ بِالْبِدْعَةِ وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُهُمْ كَيْفَ أَفْعَلُ قَالَ تَسْأَلُنِي يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ كَيْفَ تَفْعَلُ لاَ طَاعَةَ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ
(35) “Akan memimpin kepadamu setelahku orang-orang yang mematikan sunnah melaksanakan bid’ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, jika aku mendapati mereka  bagaimana aku harus berbuat?” Beliau bersabda: “Kamu bertanya  kepadaku wahai Ibnu Ummi abdin tentang bagaimana kamu harus berbuat, maka tidak ada ketaatan pada seseorang yang memaksiati Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan Ibnu Majah dalam bab Laa Tha’ata fi Ma’shiyatillah: II/202)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(36) السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
(36) "Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam hal yang ia sukai  maupun yang dibenci kecuali apabila diperintah  dengan maksiat. Maka jika diperintah dengan maksiat janganlah didengar dan ditaati.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Muslim, Shahih Muslim: II/131, At-Tirmidzi: IV/182 No.1707. Lafadz Al-Bukhari)

E. Ulil Amri sebagai Sentral Keputusan Permasalahan Ummat 

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(37) وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي اْلأَ مْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمْ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً{النساء:83}
(37) “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).  Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (QS.An Nisa:83)

F.  Kriteria Pemimpin yang Mendapat Petunjuk

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(38) وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ{السجدة:24}
(38) "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika  mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.As-Sajadah:24)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(39) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ{الأنبياء:73}
(39) "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada perintah Kami  dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat,  dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (QS.Al-Anbiya:73)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(40) وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي اْلأَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمْ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ  مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْفَاسِقُونَ{النور:55}
(40) “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang orang yang sebelum mereka  berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan  bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-KU dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS.An-Nur:55)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(41) إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ
(41) “Sesungguhnya kamu akan berebut dalam hal kepemimpinan dan kamu akan menyesalinya pada hari Qiyamat, maka yang paling baik adalah yang mau menyusui (pemimpin yang menunaikan  kewajiban-kewajibannya) dan yang paling buruk adalah yang menyapihnya (tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya).” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/79, An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/762 Lafadz Al-Bukhari)  

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(42) خِيَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ 
(42) “Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu sukai  dan kamu suka kepada mereka, mereka mendoakan kamu dan kamu mendoakan mereka. Sedang sejelek-jelek pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka benci kepada kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu. Ditanyakan: “Ya Rasulullah, apakah tidak kami penggal mereka itu dengan pedang?” Beliau bersabda: “Tidak, selama mereka menegakkan shalat bersama kamu, maka jika kamu melihat pemimpinmu melaksanakan sesuatu yang kamu membencinya, maka bencilah amalannya dan janganlah kamu melepaskan tangannya dari ketaatan.” (HR.Muslim dari Auf bin Malik, Shahih Muslim dalam Kitabul Imarah: II/137, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi: III/324 Lafadz Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(43) مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللَّهُ تَعَالَى
(43) "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi dan tidak pula mengangkat seorang khalifah  kecuali dijadi kan baginya dua pembantu, pembantu yang memerintahkan dengan kebaikan dan mendorong dengan   kebaikan dan pembantu yang memerintahkan dengan keburukan dan mendorongnya untuk berbuat keburukan tersebut. Maka orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah.” (HR.Al Bukhari dari Abi Said Al-Khudri, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/95, An-Nasai, Sunan An-Nasai: VII/158 Lafadz Al-Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(44) إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِاْلأَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ 
(44) “Apabila Allah hendak menjadikan amir itu baik, maka Allah memberikan pembantu yang jujur, jika amir itu lupa ia mengingatkannya, jika amir itu ingat ia membantunya. Tetapi jika Allah hendak menjadikan amir itu buruk, maka Allah memberikan baginya pembantu yang buruk, jika amir itu lupa ia tidak mengingatkannya dan jika amir itu ingat ia tidak membantunya.” (HR.Abu Dawud dari Aisyah Radhiallahu anha, Sunan Abu Dawud:III/131)

G.  Larangan Meminta Kepemimpinan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(45) يَا عَبْدَالرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَلاَ تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ فَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ 
(45) "Ya Abdurrahman bin Samuroh, janganlah kamu meminta kepemimpinan, maka jika kamu diberinya atas suatu permintaan,  kamu akan dibebaninya, tetapi jika kamu diberinya bukan atas permintaan mu kamu akan dibantu. Dan jika kamu telah bersumpah atas sesuatu kemudian kamu melihat pada yang lebih baik maka laksanakanlah yang baik itu  dan tebuslah sumpahmu.” (HR.Al-Bukhari dari Samuroh bin Jundub, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:IX/79, Muslim, Shahih Muslim:II/133, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:III/130 Lafadz Al Bukhari)

Abu Musa Radliallahu ‘anhu berkata:
(46) دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ قَوْمِي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ أَمِّرْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَالَ  اْلآخَرُ مِثْلَهُ فَقَالَ إِنَّالاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلاَ مَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ 
(46) “Saya dan dua orang dari kaumku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka salah seorang dari keduanya berkata: “Ya Rasulullah, jadikanlah kami sebagai amir.” Dan yang lainnya pun berkata demikian. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya kami tidak memberikan keamiran ini kepada seseorang yang memintanya dan yang menginginkannya (ambisi).” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80)

Abu Dzar Radliallahu ‘anhu  berkata:
(47) يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
(47) “Ya Rasulullah alangkah baiknya engkau memberikan kepemimpinan kepadaku.” Beliau memukul pundakku seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah dan kepemim pinan itu adalah amanat, di hari Qiyamat kelak akan menjadi kesedihan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambil hak kepemimpinannya dan melaksanakan kewajibannya.” (HR.Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/124)



H. Ancaman Membela seorang Pemimpin yang berbuat Maksiat dan Pahala Menasehatinya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(48) إِنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ      
(48) “Sesungguhnya akan ada sesudahku beberapa pemimpin, barangsiapa yang membenarkan kedus taan mereka dan membantu kedzalimannya maka aku bukan dari golongannya dan dia tidak  akan melewati telaga (kelak di akhirat).  Dan  barang siapa yang tidak membenarkan kedustaan mereka serta tidak menolong  kedzalimannya maka dia dari golonganku dan aku  dari golongannya dan dia akan melewati telaga (di akhirat).” (HR.An-Nasai dari Ka’ab bin Hujrah, Sunan An-Nasai dalam Bab Dzikrul Wa’ied liman a’ana amiron ‘aladz dzulmi: VII/160)

Thoriq bin Shihab Radliallahu ‘anhu berkata:
(49) أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
(49) “Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beliau dalam keadaan sedang meletakkan kaki pada kendaraan nya: “Jihad manakah yang paling utama?” beliau menjawab: “Perkataan yang benar dihadapan pemimpin yang lacur.” (HR.An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/161)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(50) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ 
(50) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memper ibadati-Nya dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu ber pegang teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berfirqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah  menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu.  Dan Allah membenci kepadamu  3 perkara; 1). Dikata kan menga takan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR.Ahmad dari Abi Hurairah, Musnad Abi Hurairah dan  Muslim, II/61)
I.  Larangan Menyerahkan Kepemimpinan kepada seorang Wanita

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(51) لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
(51) “Suatu kaum tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika mereka menyerahkan kepemimpi nannya kepada seorang wanita.” (HR. Al-Bukhari dari Abi Bakrah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/70)

J.  Ancaman terhadap Pemimpin yang Khianat

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(52) مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
(52) “Tidaklah dari seorang pemimpin yang menggem bala kaum muslimin, lalu ia mati dalam keadaan menipu (curang) kepada mereka, kecuali Allah akan mengharamkan syurga baginya.” (HR. Al Bukhari dari Ma’qil bin Yasar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80, Muslim, Shahih Muslim II/125. Lafadz Al-Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(53) إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
(53) “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan yang paling dekat tempat duduknya adalah imam yang adil dan manusia yang paling dibenci oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan paling jauh tempat duduknya adalah imam yang dzalim.” (HR.At-Tirmidzi dari Abi Said, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Ahkam: II/617 No.1329)

K.  Pahala bagi Imaam yang Adil

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(54) سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّىلاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(54) “Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaungi mereka pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah, yaitu: Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadat, orang yang hatinya selalu bergantung pada masjid, dua orang yang saling kasih sayang karena Allah keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena Allah, orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsa wan dan cantik maka menolak dan berkata: ”Saya takut kepada Allah,” orang yang sedekah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak menge tahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya dan orang yang berdzikir kepada Allah pada saat-saat yang sepi hingga mencucurkan air mata.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitabuz Zakah: II/138, Muslim, Shahih Muslim I/412)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(55) ثَلاَثَةٌلاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
(55) “Tiga orang yang tidak ditolak do’anya yaitu: Orang yang shaum ketika berbuka, imam yang adil dan do’anya orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat permohonannya di atas mega dan dibukakan baginya pintu langit. Tuhan berfirman: "Demi Keagungan-KU niscaya aku akan menolong sekalipun setelah beberapa waktu.” (HR. At-Tir midzi dari Abu Hurairah, Sunan At-Tirmidzi no: 3592)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(56) إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ
(56) “Imam itu adalah pelindung (tameng), maka seseorang itu berperang dan mempertahankan diri di belakangnya. Kalau ia memerintahkan bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan bersikap adil, niscaya dia mendapatkan pahala kerenanya, tetapi jika dia memerintahkan dengan selain itu, maka dia akan mendapat dosa karenanya.”  (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132)


L.  Pertanggung jawaban Seorang Pemimpin

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(57)  أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَاْلإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
(57) “Ketahuilah  setiap kamu adalah  pemimpin dan setiap kamu  akan ditanya tentang kepemim pinan nya, maka  Imaam  yang  memimpin  manusia  adalah  pemimpin akan ditanya tentang  kepemimpi nannya, dan seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin  atas  keluarga rumah tangganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan perem puan (isteri) adalah pemimpin atas harta suaminya dan   anaknya dan dia akan ditanya tentang kepe mimpinannya, dan seorang hamba  sahaya adalah pemimpin  atas harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.  Ketahuilah maka setiap kamu adalah pemimpin  dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR.Al Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari  dalam Kitabul Ahkam: IX/77, Muslim, Shahih Muslim:II/125, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:II/130 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/180. Lafadz Al-Bukhari)

M. Profesionalisme Pemberian Amanat

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(58) إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
(58) “Apabila amanat itu disia-siakan maka tunggulah kehancurannya, seseorang bertanya:” Ya Rasu lullah, bagaimanakah penyia-nyiaanya?” Beliau bersabda: “Apabila sesuatu urusan diberi kan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kerusakannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabud Da’wat: VIII/129)

Tidak ada komentar: