Dalil Tentang Al-Jama'ah
1. AL-JAMA’AH:
TA’RIF / MAKNA
AL-JAMA’AH
1. Ma’na menurut bahasa:
Asal kata:
جَمَعَ - يَجْمَعُ - جَمْعًا / جَمَاعَةً
artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa Al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan
tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan.
2. Ma’na menurut istilah:
Yang dimaksud dengan AL-JAMA’AH adalah JAMA’ATUL MUSLIMIN
sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari
dan Muslim dari Khudzaifah bin Al-Yaman
yang berbunyi:
...تَلْزَمُ جَمَاعَةَ
الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ...
“... Engkau tetap pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka
...”
Adapun yang dimaksud
dengan Al-Jama’ah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Shahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:
اَلسُّنَّةُ وَاللهِ سُنَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَاْلبِدْعَةُ مَا فَارَقَهَا وَ اَلْجَمَاعَةُ وَاللهِ مُجَامَعَةُ
أَهْلِ اْلحَقِّ وَإِنْ قَلُّوْا وَ اْلفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلبَاطِلِ
وَاِنْ كَثَرُوْا
“Demi Allah, sunnah itu adalah sunnah Muhamad Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu ada lah
apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah, Al-Jama’ah itu adalah
berkumpulnya ahlul haq sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya
ahlul bathil sekalipun mereka banyak.”
(Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109)
PERINTAH MENETAPI AL-JAMA’AH
(1) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ
تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ
عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ
اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ {أل عمران:103}
"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya
berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan
ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu
tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara
hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu
dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah)
menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali ‘Imran:103 )
Penjelasan:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا
"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada pada tali
Allah seraya ber-JAMA’AH, dan janganlah kamu
berfirqah-firqah...” (QS.Ali Imran:103)
Kalimat “Al-Jama’ah” pada ayat ini artinya adalah berjama’ah
(bersama-sama/bersatu padu), karena:
1. Sesuai dengan
makna yang diberikan oleh para ahli Tafsir, di antaranya Abdullah bin Mas’ud,
ia menye butkan bahwa yang dimaksud adalah “Al Jama’ah” (Tafsir
Al-Qurthuby:III/159, Tafsir Jaami’ul Bayan:IV/21)
2. Adanya qorinah
lafdziyah, yaitu WALA TAFARROQU setelah kalimat JAMI’AN, Ibnu Katsir berkata
bahwa yang dimaksud adalah “Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah
dan melarang mereka berfirqoh-firqoh.” (Tafsir Ibnu Katsir:I/189)
3. Az-Zajjaj
berkata: “Kalimat JAMI’AN adalah dibaca
nashab, karena menjadi HAAL.“ (Tafsir
Zaadul Masir:I/433)
Maka artinya secara berjama’ah dalam berpegang teguh pada
tali Allah. (Tafsir Abi Suud:II/66)
Tidak semua kalimat “JAMI’AN” dalam Al-Qur’an artinya “bersama-sama (berjama’ah /
bersatupadu)”, seperti pula tidak semua
kalimat “JAMI’AN” berarti “keseluruhan/semuanya”. Sedikitnya ada empat ayat dalam Al-Qur’an yang kalimat “JAMI’AN”
harus diartikan “bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu)”, yaitu: surat Ali
Imran:103, surat An-Nisa:71, surat An Nur:61 dan surat Al-Hasyr:14
(2) Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ
مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي
جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا
الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ
خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ
بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ
الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ
أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ
لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا
تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ
وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ
فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ
حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ .
“Adalah orang-orang
(para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya
kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku,
maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam
Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah
kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya:
Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).”
Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu
orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat
Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang
mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan
engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi
keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya,
yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa
mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku
bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.”
Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut
lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan
kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda:
“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika
tidak ada bagi mereka Jama'ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah
engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sam pai
menggigit akar kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap demikian.”
(HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu
Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).
(3) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ
يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ
تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ
وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
“Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara
dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho
kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memper ibadati-Nya dan janganlah
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu ber pegang-teguh
dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berfirqoh-firqoh, 3).
Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemim pinan kepadanya dalam
urusanmu. Dan Allah membenci
kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan
mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan
harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad dalam Musnad Abu
Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz Ahmad)
(4) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا أّمُرُكْم
بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ
الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ
اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ
إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ
جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ
صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا
سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
“Aku perintahkan
kepada kamu sekalian (mus limin) lima
perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar,
thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah
sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali
bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru
dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut
dalam Jahannam.” Para
sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda:
“Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka
panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan
kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.”
(HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami
wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)
(5) Umar bin Al-Khattab berkata:
إِنَّهُ لاَ
إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ
إِلاَّ بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةً لَهُ
وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلاَكًا لَهُ
وَلَهُمْ
“Sesungguhnya tidak ada
Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan
kepemimpinan, dan tidak ada kepe mimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang
siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka
kesejahte raan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu
mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi
mereka.” (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi
dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)
(6) Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
... فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ
الذِّئْبُ اْلقَاصِيَةِ
“...maka wajib atas kamu berjama’ah, karena sesungguhnya
serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan
Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar