Mengenal Sekilas Tentang Ta’ashub
Kata ta’ashub secara bahasa berasal dari kata Al-‘Ashabiyah yang berarti semangat golongan. Sedang kata Ta’ashaba berarti pengencangan pembalut, atau perkumpulan atau ikatan. Dan Ta’ashaba bi as-syai’ artinya radhiya bihi (rela terhadapnya).
Adapun secara istilah, sebagaimana dikatakan dalam kitab Wujub Luzum al-Jama’ah, menukil ucapan Asy-Syaukani, adalah: “Apabila engkau menjadikan apa yang datang dari seseorang yang berupa pendapat atau apa yang diriwayatkannya berupa ijtihad sebagai hujjah bagimu dan bagi semua orang.” Atau apa yang dikatakan oleh yang lainnya: “(Yaitu) kebiasaan dari kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang lemah dan celah dari celah-celah kebodohan. Dimana jika seseorang tertimpa olehnya, akan membutakan mata dan akan merampas akalnya. Maka orang ini tidak bisa melihat kebaikan kecuali apa yang baik menurutnya, tidak bisa melihat kebenaran kecuali yang sesuai dengan madzhabnya atau orang-orang yang berta’ashub padanya.”
Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa orang yang tertimpa ta’ashub golongan atau ta’ashub syakhshi (orang tertentu selain Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) akan tergelincir pada kesesatan dan enggan untuk mengikuti al-Haq/al-Huda. Sebagaimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala gambarkan dalam firman-Nya, yang artinya: “Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami telah menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Rasul itu) berkata: Apakah kamu akan mengikuti juga sekalipun aku membawa untukmu agama yang lebih nyata memberi petunjuk dari pada apa yang kamu dapati dari bapak-bapakmu menganutnya ? Mereka menjawab: Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”(QS: Az-Zukhruf: 23-24)
As-Sa’di berkata dalam tafsirnya: “Ini adalah cara orang-orang musyrik yang sesat berargumentasi terhadap taqlidnya terhadap nenek moyang mereka yang sesat pula. Mereka tidak mempunyai maksud untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk, tetapi yang mereka inginkan adalah ta’ashub (fanatisme), dan melestarikan kesesatan/kebathilan yang mereka anut selama ini.”
Dalam ayat ini Alloh Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan bahwa ta’ashub benar-benar bisa membutakan mata dan merampas akal sehat sehingga barang siapa yang ada padanya penyakit ini maka dia tidak bisa lagi melihat kebenaran dan petunjuk.
(Sumber Rujukan: Wujub Luzum al-Jama’ah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar