• Masa Khair Namun Ada Dakhan : (Mulkan Adh Dhan dan Mulkan Jabariyyah).
Setelah wafatnya Shahabat Ali Bin Abi Thalib Rahiallahu ‘anhu , maka muslimin kembali kepada kepemimpinan yang bersifat sentral, dibawah satu komando Muawwiyah bin Abu Sofyan. Rasulullah menyebutkannya dengan sebutan (nama sistem dan masa) Mulkan Adh Dhan dan Jabariyyah. Penjelasan Baik (Khair) nya masa ini adalah muslimin masih bersatu berjama’ah (iltizam dalam Jama’ah Muslimin=merekalah Hizbullah) dibawah satu kepemimpinan sentral seorang Imaam (Sulthan/Mulk). Sistem memang sedikit berubah (bergeser) dari system Kekhilafahan yang mengikuti jejak Kenabian (Nubuwwah) menjadi Kerajaan (Mulkan).
- Dakhannya :
“ … Yahduuna bighairi Hadyi (dalam matan yang lain : wa Yastanuuna bighairi sunnatii …) “
“ … Mengikuti (mengambil) Petunjuk Bukan Petunjukku, Melaksanakan sunnah bukan sunnahku … “
Penjelasan Dakhannya : Bukan terletak pada Mulkannya sebab Mulkan masih system yang mengikuti Jejak Kenabian (Nabi Sulaeman dan Nabi Daud ‘Alaihimas Salam :Sebagai contoh), namun penekannya pada sifat Adh Dhan dan Jabariyyahnya karena sifat ini adalah bukan Petunjuk dan juga bukan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari XIII/36 mengartikannya dengan hiqd (kedengkian), atau daghal (penghianatan dan makar), atau fasadul qalb (kerusakan hati). Semua itu mengisyaratkan bahwa kebaikan yang datang setelah keburukan tersebut tidak murni, akan tetapi keruh.
Dan Imam Nawawi dalam syarh Shahih Muslim XII/236-237, mengutip perkataan Abu 'Ubaid yang menyatakan bahwa arti dakhanun adalah seperti yang disebut dalam hadits lain.
"Artinya : Tidak kembalinya hati pada fungsi aslinya". (Riwayat Abu Dawud no. 4247)
Sedangkan makna aslinya adalah apabila warna kulit binatang itu keruh/suram. Maka seakan-akan mengisyaratkan bahwa hati mereka tidak bening dan tidak mampu membersihkan antara yang satu dengan yang lain.
Kemudian berkata Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah XV/15: Bahwa sabda beliau : "Dan didalamnya ada Dakhanun, yakni tidak ada kebaikan murni, akan tetapi didalamnya ada kekeruhan dan kegelapan".
Adapun Al 'Adzimul Abadi dalam 'Aunil Ma'bud XI/316 menukil perkataan Al-Qari yang berkata : "Asal kata dakhanun adalah kadurah (kekeruhan) dan warna yang mendekati hitam. Maka hal ini mengisyaratkan bahwa kebaikan tersebut tercemar oleh kerusakan (fasad)".
Tarikh :
Ini Adalah Terjadi Pada Masa Mulkan Adh Dhan dan Mulkan Jabariyyah.
Mulkan Adh Dhan :
Diawali atas Ungkapan Shahabat Muawwiyah yang dirinya Ridha dengan sebutan Mulk/Sulthan dan system pembai’atan yang diserahkan kepada PUTRA MAHKOTA. Di Kenal Dengan nama / sebutan Bani Ummayyah / Dinasti Umayyah hingga Bani Abbasiyah.
Sifat Adh Dhannya :
Kekejian dan Kebengisan yang terjadi pada masa sepeninggal Shahabat mulia Muawwiyah bin Abu Sofyan dan Yazid Bin Muawwiyah sehingga berakhirnya Kekuasaan Bani Abbasiyyah… Baik kepada seluar Muslimin maupun didalam tubuh muslimin sendiri.
Mulkan Jabbariyyah :
Diawali Kepemimpinan Utsman Bin El Taghrol, Hingga Runtuhnya Turki Utsmani yang diakibatkan oleh sebuah PEGHIANATAN seorang MUSTAFA KAMAL ATHATURKH (1924M). Pada masa ini Kekejian dan Kebengisan mulai berkurang dan bergeser sedikit demi sedikit kepada sifat Ketinggian ‘Ilmu dan Mencapai puncak Peradaban (Zaman Keemasan / Kekhilafahan MODERN versi Orientalis>< Rasulullah menyebutnya Khair tapi ada Dakhan=Mulkan Adh Dhan & Jabariyyah).
“… Ta’rifu minhum wa tunkiru …. “
Orang-Orang Shalih yang menzamani masa ini mereka mengenalil cirri-ciri Dakhan dan mengingkarinya, sehingga ada yang menemukan ajalnya dengan hunusan pedang, membusuk dalam sel, Diujung Tiang Gantung dan lain sebagainya. Mereka itulah Al Jama’ah walau kana wahdah….
• Masa Sar => Du’atun ‘Ala Abwabi Jahannam
Masa Vakum : 1924-masa pencarian-1953M
Seperti yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Mereka adalah dari kalangan bangsa kita dan berbahasa dengan bahasa kita". Berkata Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Bari XIII/36 : "Yakni dari kaum kita, berbahasa seperti kita dan beragama dengan agama kita. Ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah bangsa Arab".
Sedangkan Al-Qabisi menyatakan -seperti dinukil oleh Ibnu Hajar- secara lahir maknanya adalah bahwa mereka adalah pemeluk dien (agama) kita, akan tetapi batinnya menyelisihi. Dan kulit sesuatu adalah lahirnya, yang pada hakikatnya berarti penutup badan". Mereka mempunyai sifat seperti yang dikatakan dalam hadits riwayat Muslim. "Artinya : Akan ada di kalangan mereka orang yang berhati iblis dengan jasad manusia". (Riwayat Muslim)
Masa ini dikatakan pula dengan masa Dakhan Yang Makin Menebal. Dimana masa ini adalah masa kekosongan kepemimpinan.
Semenjak Diumumkannya Keruntuhan Kekhilafahan Turki Utsmani (Sistem Khilafah dihapuskan digantikan dengan system sekuler), menyebabkan muslimin meskipun semakin banyak bagaikan “buih” dilautan, namun keadaannya terkotak-kotak bagai kue lapis yang siap diserbu dan disantap oleh (kafirin) manusia yang kelaparan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda berkenan dengan keinginan kaum kafir untuk membinasakan kaum muslimin dan Islam, seperti yang dinyatakan dalam hadits Tsaubah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring. Berkata seseorang : Apakah karena sedikitnya kami waktu itu ? Beliau bersabda : Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya : Wahai Rasulullah, apakah wahn itu ? Beliau bersabda : Mencintai dunia dan takut mati". (Riwayat Abu Dawud no. 4297. Ahmad V/278. Abu Na'im dalam Al-Hailah).
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa :
Kaum kafir saling menghasung untuk menjajah Islam, negeri-negerinya serta penduduknya.
Negeri-negeri muslimin adalah negeri-negeri sumber kebaikan dan barakah yang mengundang air liur kaum kafir untuk menjajahnya.
"Artinya : Akan kami jangkitkan di dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah, dimana Allah belum pernah menurunkan satu alasanpun tentangnya". ( Ali-Imran : 151).
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda : "Artinya : Aku diberi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku : Aku ditolong dengan rasa ketakutan dengan jarak satu bulan perjalanan ; dan dijadikan bumi untukmu sebagai tempat sujud ; .... dan seterusnya ". (Riwayat Bukhari, lihat Fathul Bari I/436. Muslim dalam Nawawi V/3-4 dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu
Akan tetapi kekhususan tersebut dibatasi oleh sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Tsauban yang lalu, yang menyatakan : "Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian ...".
Dari hadits ini mengertilah kita bahwa kekuatan umat Islam bukanlah terletak pada jumlah dan perbekalannya, atau pada artileri dan logistiknya. Akan tetapi kekuatannya terletak pada aqidahnya. Seperti yang kita saksikan ketika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab pertanyaan yang berkenan dengan jumlah, maka Beliau jawab : "Bahkan ketika itu kalian banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih di atas aliran air".
Keadaannya dari masa kemasa, muslimin semakin tersudutkan, terhinakan, terpuruk dan tersungkur ke dalam jurang kesengsaraan dan kenistaan. Sebab apa ?... Mengikuti seruan-seruan Jahiliyyah, terjebak kepada seruan Ashobiyah, Fanatik ‘Ulama & Golongan, Bershabar dan Ikhlash dalam Tafarruq, Perpecahan, Ber Firqah-Firqah.
Masa ini juga adalah masa pencarian. Muslimin mencari dan terus berusaha bagaimana caranya mempersatukan kembali puing-puing yang telah berserakan, kedalam wadah integritas masing-masing versi ‘Ulama penyerunya. Mempersatukan kekuatan muslimin untuk dapat menegakkan kembali system Khilafah dan mengembalikan masa kejayaan muslimin…
1 komentar:
mantaab gan..
Posting Komentar